MNC Energy Rilis Surat Utang Rp 1,5 Triliun dan 2,5 Miliar Saham Baru
Emiten batu bara milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Energy Investment Tbk melakukan beberapa aksi korporasi untuk mencari tambahan modal kerja.
Melansir keterbukaan informasi BEI pada Kamis (11/5), emiten dengan kode IATA ini akan menerbitkan obligasi, sukuk atau surat utang lainnya dari lembaga keuangan bukan bank senilai Rp 1,5 triliun dan penerbitan 2,5 miliar saham baru.
Rencananya dana hasil surat utang itu akan memperkuat struktur permodalan dan keuangan, namun tidak terbatas pada cadangan peningkatan modal kerja dan anak usaha.
“Termasuk bisa digunakan untuk melakukan pelunasan atas utang-utang dan untuk perluasan kegiatan usaha perseroan,” tulis manajemen MNC Energy Investment Kamis (11/5).
Namun penggunaan dana dapat berubah dan disesuaikan dengan kebutuhan perseroan dengan cara direksi akan mengusulkan kepada dewan komisaris.
Tingkat bunga yang akan diberikan kepada investor sehubungan dengan surat utang ini adalah tingkat suku bunga yang berlaku di pasar obligasi, sukuk, atau surat utang lainnya sesuai rating dan jangka waktu saat penerbitan.
Kedua aksi ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 16 Juni 2023. Nilai penerbitan surat utang ini mencapai 126,6% dari jumlah ekuitas perseroan per 31 Desember 2022 senilai US$ 75,3 juta.
Selain itu, MNC Energy Investment juga akan menggelar aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement sebanyak 2,5 miliar saham baru. Per saham dibanderol nilai nominal Rp 50. Pengeluaran saham baru itu setara 10% dari seluruh saham disetor penuh perseroan.
Perseroan akan melaksanakan aksi korporasi tersebut kurang lebih dua tahun sejak mendapat restu pemegang saham pada 16 Juni mendatang.
”Seluruh dana hasil private placement setelah dikurangi biaya-biaya akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan keuangan perseroan. Namun tidak terbatas pada cadangan peningkatan modal kerja perseroan,” tulis manajemen.
Nantinya pemegang saham perseroan akan mengalami penurunan atau dilusi kepemilikan saham secara proporsional. Hal itu sesuai dengan jumlah saham baru yang diterbitkan, yaitu maksimal 9,09% setelah private placement.
Perseroan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi khususnya di sektor energi yang mengelola 8 izin usaha pertambangan operasi produksi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. IATA memiliki cadangan batu bara sebesar 386,6 juta metrik ton (MT) dari sekitar 20% total luas area penambangan sebesar 72.478 hektare (Ha).
Selain itu, kegiatan eksplorasi masih dilakukan secara bertahap pada sisa area penambangan seluas 57.793 Ha. Di mana perseroan meyakini cadangan batu bara akan terus bertambah seiring dengan proses eksplorasi yang menunjukkan temuan baru.
Perseroan fokus untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi target 7 juta MT pada akhir tahun 2023.
Untuk meningkatkan pendapatan, perseroan juga memperbanyak kontrak penjualan, mencari peluang untuk akuisisi tambang baru, menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan. Serta mengoptimalkan sinergi dan efektifitas di semua lini, untuk menghasilkan performa bisnis yang kuat dan berkesinambungan.
Terkait kinerja, MNC Energy Investments sepanjang kuartal pertama 2023 mencatat pendapatan US$ 52,2 juta atau naik 29,3% dari periode yang sama tahun lalu US$ 40,4 juta. Namun laba bersih tercatat US$ 15,8 juta, turun 3,6% dari sebelumnya US$ 16,39 juta.
Melihat daftar pemegang saham perseroan hingga akhir April 2023, MNC Asia Holding memegang 44,09% saham dan masyarakat 55,91%.
Hingga sesi pertama perdagangan Kamis (11/5), saham IATA turun 2,82% ke level Rp 69 per saham. Volume perdagangan mencapai 3,70 juta dengan nilai transaksi Rp 256,8 juta, dan frekuensi 234 kali. Sedangkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 1,74 triliun.