Pemerintah Finalisasi Divestasi 14% Saham Vale kepada MIND ID

Muhamad Fajar Riyandanu
4 Agustus 2023, 17:28
divestasi vale, kementerian esdm, pt vale indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA
Pekerja PT Vale Indonesia Tbk.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengabarkan proses divestasi lanjutan 14% saham PT Vale Indonesia (Vale) ke Holding Industri Pertambangan BUMN, PT Mineral Industri Indonesia alias MIND ID telah masuk tahap finalisasi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan penyelesaian divestasi lanjutan Vale telah dibahas secara mendalam saat dirinya melangsungkan pertemuan dengan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia pada Senin, 31 Juli lalu.

Dia menyebut, negosiasi divestasi saham Vale tengah masuk ke dalam pembahasan business to business alias B to B antara MIND ID sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining sebagai dua pemegang saham mayoritas Vale.

Arifin mengatakan pemerintah menargetkan divestasi tambahan 14% saham Vale ke MIND ID dapat rampung maksimal tahun ini. Menurutnya, komposisi 14% saham tersebut akan diambil dari pembagian saham VCL dan Sumitomo Metal Mining.

Pembahasan B to B itu juga bakal menegosiasikan besaran harga saham divestasi, dan terkait konsolidasi keuangan. "Divestasi Vale saat ini finishing, sudah masuk tahap B to B. (Soal konsolidasi keuangan) juga B to B, dibahas dalam mekanisme manajemen internal," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (4/8).

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), pemegang saham Vale Indonesia saat ini terdiri dari Vale Canada Limited dengan 43,79%, Sumitomo Metal Mining 15,03%, MIND ID 20%, Vale Japan Limited 0,55%, Sumitomo Corporation 0,14%, dan publik 20,49%.

Pelepasan tambahan 14% saham Vale kepada entitas lokal merupakan syarat perpanjangan kontrak karya (KK) pertambangan sebagaimana diatur dalam Pasal 112 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Pelepasan tersebut melengkapi divestasi 40% saham yang dijual perusahaan itu kepada pihak Indonesia pada 1990 dan 2020. Adapun KK pertambangan Vale akan berakhir pada 28 Desember 2025. "Sehingga total saham vale di Indonesia mencapai 54%," ujar Arifin.

Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memproyeksikan MIND ID bakal menggenggam 34% saham Vale. Sementara porsi kepemilikan Vale Canada susut menjadi 33,49%.

Ketua Perhapi, Rizal Kasli, mengatakan proses divestasi lanjutan Vale bakal mirip dengan mekanisme divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Skema tersebut menjadikan Freeport McMoran sebagai pengendali operasi Freeport meski MIND ID memiliki 51,2% kepemilikan saham PTFI.

Arifin juga telah memberi sinyal menyetujui permintaan Vale Canada Limited (VCL) untuk menjadi pengendali operasi PT Vale Indonesia. Rencana tersebut berpotensi menggugurkan ambisi MIND ID yang juga ingin menjadi pemegang kendali operasi Vale.

Arifin mengatakan VCL unggul dalam kemampuan pengolahan nikel. Dia menyebut VCL punya pengalaman puluhan tahun sebagai penambang sekaligus pengolah bijih nikel lewat modal kepemilikan fasilitas pemurnian. "Kalau soal kendali operasi iya, karena kemampuan pengoperasian pertambangan mereka unggul," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (28/7).

Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menjelaskan bahwa hak pengendali operasi yang jatuh kepada VCL bakal memberikan kewenangan utuh untuk menentukan anggaran operasional perusahaan, rencana perusahaan hingga Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Vale Indonesia.

"Maka MIND ID hanya jadi pihak penerima dividen saja. Tapi, kalau Vale Canada tidak mengendalikan operasi dan keuangan maka agak sulit untuk bangun hilirisasi di Indonesia," kata Ferdy saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Jumat (28/7).

Vale sejauh ini sudah mendirikan tiga unit smelter nikel di dalam negeri. Vale bersama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerjasama untuk mengembangkan proyek peleburan dan pemurnian nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Vale juga sedang pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel milik di Desa Bahomotefe, Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Smelter dengan nilai investasi sekitar Rp 37 triliun itu merupakan hasil kerja sama dengan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology.

Terakhir, Vale juga tengah membangun smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonit, di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Proyek yang menelan biaya US$ 1,8 miliar atau Rp 26,82 itu merupakan buah kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company atau Huayou.

"Dengan biaya investasi itu, secara bisnis masuk akal jika VCL pegang kendali operasional karena mereka sudah bangun industri hilir sebagai langkah kebijakan hilirisasi pemerintah," kata Ferdy.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...