Digitalisasi Pacu Efektivitas Program Pemberdayaan UMKM BRI
Bagi keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), digitalisasi berperan penting untuk memberdayakan dan membangun keberlanjutan usaha. Pasalnya, bisnis di Indonesia mayoritas UMKM bahkan berkontribusi 60 persen terhadap PDB.
Bagi BRI, digitalisasi menjadi salah satu pondasi transformasi digital yang selama ini dilakukan. Sepanjang 2023, tercatat sebesar 99 persen dari total transaksi BRI dilakukan melalui kanal digital.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari juga mengungkapkan, pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha, efisiensi operasional hingga membukakan akses pasar yang lebih luas.
“Pendekatan holistik program pemberdayaan BRI disesuaikan dengan kebutuhan UMKM menjadi kunci penting dalam mengurai kompleksnya permasalahan pengembangan usaha mikro,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (21/3).
Melalui percepatan digitalisasi, proses literasi mampu menjangkau lebih luas kalangan pelaku usaha mikro. Digitalisasi memberi banyak manfaat termasuk efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing.
Per akhir 2023, BRI sebagai bank yang terus berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi. Konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro (mantri) yang menjadi financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi backbone pelaksanaan.
Keberagaman jenis pemberdayaan yang BRI miliki menjadi bukti nyata komitmen perusahaan untuk selalu memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM, khususnya segmen mikro dan ultra mikro.
Pada level ultra mikro contohnya, BRI melalui aplikasi Senyum Mobile mencoba menjembatani bagaimana tiga entintas membentuk ekosistem layanan yang terintegrasi.
Selain itu, dalam mendorong digitalisasi kelompok ultra mikro juga dikembangan AgenBRILink mekaar yang mampu mendorong inklusi dan literasi keuangan digital di segmen masyarakat ultra mikro.
Supari mengatakan, pihaknya sejauh ini memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital.
“Konsep ini mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” ucap dia.
Adapun, secara global, pertumbuhan digital ekonomi memang berkembang pesat demikian pula di Indonesia. Digitalisasi terus berkembang terbukti dari jumlah pengguna internet yang mencapai 202,6 juta pengguna, serta 64 persen dari total penduduk Indonesia memiliki ponsel.
“Sebanyak 89 persen rumah tangga memiliki setidaknya satu telepon, lalu dua juta UMKM menggunakan e-commerce, dan 90 persen pedagang telah mengadopsi pembayaran QRIS,” kata Managing Director of the KIT Knowledge Unit Mayada El-Zoghbi.
Hal tersebut diungkapkan Mayada El-Zoghbi saat menjadi pembicara dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024, beberapa waktu lalu. KIT Royal Tropical Institute sendiri adalah pusat studi independen bagi para expert yang fokus kepada sustainable economic development, global health, dan gender.