Demi Gencarkan Bisnis Nikel, HRUM Absen Bagi Dividen Tahun Ini

Nur Hana Putri Nabila
12 Juni 2024, 15:30
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten batu bara dan nikel PT Harum Energy Tbk (HRUM) memutuskan tidak akan membagikan laba tahun buku 2023 sebagai dividen kepada pemegang saham.
Dokumentasi perseroan
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten batu bara dan nikel PT Harum Energy Tbk (HRUM) memutuskan tidak akan membagikan laba tahun buku 2023 sebagai dividen kepada pemegang saham.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten batu bara dan nikel PT Harum Energy Tbk (HRUM) memutuskan tidak akan membagikan laba tahun buku 2023 sebagai dividen kepada pemegang saham. Perseroan akan menggunakan laba yang ditahan untuk modal pengembangan bisnis nikelnya.

Direktur Utama HRUM Ray A. Gunara mengatakan RUPST menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2023 sebesar US$ 100 ribu atau 0,35% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan akan dialokasikan sebagai dana cadangan.

Dengan penambahan ini, dana cadangan perseroan menjadi sebesar US$4.38 juta atau setara dengan 15,19% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan. Selain itu, perusahaan mengusulkan untuk tidak membagikan dividen tunai dari laba bersih 2023 setelah mempertimbangkan proyeksi kebutuhan investasi dan belanja modal, kewajiban jangka pendek, dan posisi kas perseroan ke depan.

“Sisa laba tahun buku 2023 sebesar US$ 150,94 juta akan digunakan untuk menambah saldo laba guna mendukung pengembangan usaha perseroan,” tulis Ray dalam risalah RUPST di situs keterbukaan informasi BEI, Rabu (12/6).

Tak hanya itu, keputusan perusahaan untuk tidak membagikan dividen ini dilakukan karena ada proyeksi kebutuhan kas atau kebutuhan investasi perseroan yang cukup besar pada 2024 dan tahun-tahun berikutnya. Hal itu terkait dengan konstruksi proyek di PT Blue Sparking Energy.

Sejalan dengan hal itu, sebagian besar belanja modal atau capital expenditure (capex) 2024 akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis nikel, terutama untuk penyelesaian proyek Halmahera Persada Lygend (HPAL) di PT Blue Sparking Energy. Proyek HPAL ini diperkirakan akan menelan biaya maksimal sebesar US$2 miliar atau sebesar Rp 32,58 triliun.

Dengan kepemilikan saham perseroan sebesar 51% di proyek ini, masih diperlukan tambahan biaya yang cukup besar. Hingga saat ini, perseroan telah menginvestasikan US$500 juta. Alhasil, sisa investasi yang diperlukan menjadi bagian dari capex tahun 2024 sebesar US$ 687 juta (secara konsolidasi). Nilai investasi ini termasuk untuk capex tambang bijih nikel.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...