Garuda Serap Dana Rights Issue Rp 7,6 Triliun

Patricia Yashinta Desy Abigail
17 Juli 2024, 05:55
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan telah menggunakan dana hasil penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebesar Rp 7,63 triliun hingga Juni 2024.
Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan telah menggunakan dana hasil penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebesar Rp 7,63 triliun hingga Juni 2024.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan telah menggunakan dana hasil penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue  sebesar Rp 7,63 triliun hingga Juni 2024. Garuda mengalokasikan sebagian besar dana tersebut untuk kebutuhan perawatan (maintenance) dan restorasi pesawat. 

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten aviasi pelat merah ini menggunakan dana rights issue senilai Rp 3,45 triliun untuk maintenance dan restorasi. Kemudian, Garuda menggunakan dana tersebut untuk pembelian bahan bakar senilai Rp 1,73 triliun.

Garuda juga melaporkan penggunaan dana rights issue untuk pemenuhan maintenance reserve Rp 900 miliar dan biaya sewa pesawat Rp 900 miliar. Perusahaan juga menggunakan dana tersebut untuk biaya restrukturisasi Rp 370 miliar dan modal kerja lainnya Rp 275,88 miliar.

"Sisa dana rights issue saat ini sebesar Rp 143,6 miliar," tulis Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra dalam keterangannya, Selasa (16/7).

Sebagai informasi Garuda Indonesia melaksanakan penerbitan saham baru melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) II pada Desember 2022. Dalam aksi korporasi ini, perusahaan meraup dana segar mencapai Rp 7,77 triliun.

Pada kuartal I 2024, Garuda Indonesia membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 711,98 juta atau setara dengan Rp 11,58 triliun (asumsi kurs Rp 16.265,15/US$). Raihan pendapatan usaha sepanjang tiga bulan pertama tahun ini meningkat 18,07% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan keterangan resmi perseroan, pendapatan usaha ditopang oleh pertumbuhan pendapatan lini penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 599,01 juta atau setara dengan Rp 9,74 triliun. Pendapatan dari lini ini, tercatat tumbuh 18,19% dibandingkan kuartal I 2023.

Meski mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup baik, Garuda Indonesia masih membukukan rugi bersih pada tiga bulan pertama tahun ini. Per 30 Maret 2024, perusahaan secara grup mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 86,82 juta atau setara dengan Rp 1,41 triliun.


Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...