Emiten Sandiaga Uno Saratoga Masih Rugi Rp 446,39 Miliar di Semester I 2024
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 446,39 miliar sepanjang semester I 2024.
Rugi emiten yang terafiliasi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno itu menyusut sebanyak 96% dari periode yang sama sebelumnya mencatatkan rugi Rp 12,21 triliun.
Melansir laporan keuangan perusahaan, Saratoga mengalami kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp 1,37 triliun pada Juni 2024. Angka tersebut juga menyusut 91% dari Rp 15 triliun dari periode yang sama 2023.
Jika ditelisik lebih lanjut, kerugian yang dialami berasal dari investasi pada saham maupun efek blue chip sebesar Rp 937,66 miliar. Sementara dari segmen perusahaan berkembang, Saratoga merugi Rp 473,97 miliar dari sebelumnya rugi Rp 212,19 miliar.
Lalu dari segmen teknologi digital, Saratoga membukukan rugi Rp 31,19 miliar. Namun, keuntungan neto atas investasi segmen lainnya sebesar Rp 71,20 miliar, padahal sebelumnya Saratoga rugi Rp 68,81 miliar.
Di sisi lain perusahaan berhasil memperoleh penghasilan dari dividen dan bunga dan sebesar Rp 1,52 triliun, turun 5,4% dibandingkan sebelumnya Rp 1,6 triliun. Rinciannya pendapatan dari dividen yakni Rp 1,49 triliun dan pendapatan bunga hanya Rp 26,45 miliar.
Kenaikan Harga Saham Portofolio
Direktur Keuangan Saratoga, Lany D. Wong mengatakan, di tengah kondisi pasar dan ekonomi global yang dinamis, Saratoga mampu mempertahankan kinerja keuangan yang positif.
Pada semester I 2024, perusahaan mencatatkan Net Asset Value (NAV) sebesar Rp 49,4 triliun, tumbuh 4% secara kuartalan (QoQ) dibandingkan kuartal I 2024 sebesar Rp 47,5 triliun.
Pertumbuhan NAV ini didukung oleh kinerja positif dan kenaikan harga saham portofolio seperti PT Adaro Energi Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), serta pertumbuhan dari portofolio perusahaan non-publik.
Selain itu, Saratoga berhasil mengurangi posisi utang bersih hampir separuh menjadi Rp 449 miliar pada akhir semester I 2024, dibandingkan dengan Rp 885 miliar pada kuartal I 2024.
Bahkan, perusahaan juga mampu menjaga rasio biaya dan utang pada level yang sehat, dengan biaya operasional terhadap NAV dan loan to value masing-masing sebesar 0,6% dan 0,7%.
“Hal ini mencerminkan portofolio investasi kami memiliki kinerja yang solid serta keberhasilan manajemen dalam mengeksekusi setiap strategi investasi secara optimal,” kata Lany dalam keterangan resmi, Selasa (30/7).