BNI Catatkan Laba Rp 10,69 Triliun di Semester I 2024
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau Bank BNI membukukan laba bersih konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp 10,69 triliun pada semester I 2024, naik 3,78% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp 10,3 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan akselerasi pertumbuhan kredit ini tidak lepas dari stabilnya perekonomian nasional di tengah kondisi global yang sangat dinamis. Selain itu, operating environment yang membaik bagi perbankan, terutama sejak Bank Indonesia (BI) memberikan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM) dalam rupiah kepada bank yang menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor tertentu, yang berlaku sejak 1 Juni 2024.
Royke menyebut BI melalui insentif tersebut telah memperluas cakupan sektor prioritas kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM). Sektor-sektor yang dimasukkan mencakup sektor otomotif, perdagangan, listrik, gas, air, serta sektor jasa sosial, ekonomi kreatif, dan pembiayaan hijau, di samping sektor hilirisasi minerba dan non minerba, perumahan, serta pariwisata yang telah ada sebelumnya.
''Dengan memanfaatkan insentif ini, perbankan memperoleh tambahan likuiditas yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat,'' tutur Royke dalam paparan kinerja keuangan BNI yang berlangsung secara virtual, Kamis (22/8).
Penyaluran Kredit Tumbuh Dobel Digit
Penyaluran kredit BBNI juga meningkat 11,7% menjadi Rp 727 triliun dibandingkan dengan semester I 2023 yang mencapai Rp 650,8 triliun. Adapun rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross BNI turun menjadi 1,98 % dari sebelumnya 2,45%.
Sementara itu, NPL nett BBNI bertahan di level 0,62%. BBNI melaporkan NPL coverage dan LAR coverage masing-masing sebesar 298,2% dan 47,9% pada semester pertama 2024.
Melansir data kinerja singkat BBNI yang dipublikasikan, perseroan mencatatkan dana murah atau current account saving account (CASA) meningkat 2,51% pada semester pertama tahun ini menjadi Rp 545,69 triliun dibandingkan semester I 2023 Rp 532,34 triliun. Di sisi lain, beban kerugian penurunan nilai aset juga turun menjadi Rp 3,38 triliun dari Rp 4,53 triliun.
Namun, pendapatan bunga bersih BNI atau net interest income menurun 7,43% menjadi Rp 19,07 triliun dari Rp 20,6 triliun pada semester I 2023. Penurunan pendapatan bunga bersih disebabkan kenaikan beban bunga sebesar 35,17% menjadi Rp 13,1 triliun dari Rp 9,69 triliun.