Sri Mulyani Sebut Virus Corona Berpotensi Ganggu Perekonomian Global
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut penyebaran virus corona akan berdampak pada perlambatan ekonomi Tiongkok. Hal ini tentu akan berdampak pada perekonomian global.
"Adanya virus corona dan kebijakan lockdown di sana, maka seluruh potensi pertumbuhan Tiongkok dari faktor domestik tidak akan terealisasi. Sehingga kemudian seluruh pertumbuhan Tiongkok kehilangan momentum," ujar Sri Mulyani dalam paparannya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, Jakarta, Selasa (28/1).
Tiongkok pada 2002 lalu juga pernah menghadapi penyebaran virus SARS. Saat itu, perekonomian itu terganggu selama satu hingga dua kuartal.
(Baca: Merunut Kelalaian Pemerintah dan OJK dalam Masalah Jiwasraya)
Sri Mulyani pun menyayangkan kondisi tersebut. Padahal, menurut dia, sempat ada optimisme terhadap ekonomi Tiongkok seiring penandatanganan kesepakatan dagang AS dan Tiongkok.
"Inilah kenapa risiko itu sangat tidak terprediksi atau sangat volatile sehingga seluruh negara perlu menyiapkan instrumen kebijakan dalam mengatasinya," kata dia.
Selain penyebaran virus corona, masih ada beberapa risiko lainnya yang patut diwaspadai global tahun ini. Risiko tersebut yakni ketidakpastian perang dagang, isu Brexit, perlambatan beberapa negara berkembang besar seperti India dan Tiongkok, pemilu AS, peningkatan utang yang memberi risiko pada stabilitas sistem keuangan, serta tensi politik dan geopolitik.
(Baca: Harga Minyak Tertekan Pasokan di AS dan Proyeksi Ekonomi IMF)
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 3,3% dari proyeksi pada Oktober 2019 sebesar 3,4%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu juga diturunkan dari 3% menjadi 2,9%, sedangkan tahun depan dari 3,6% menjadi 3,4%.
Meski begitu, IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini stabil meski masih lemah. IMF memperkirakan ekonomi negara berkembang tumbuh 4,4% pada tahun ini, naik dari tahun lalu sebesar 3,7%. Proyeksi pada 2019 dan 2020 tersebut turun 0,02% dibanding sebelumnya.
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ini seiring ekonomi India yang melambat cukup tajam karena tekanan di sektor keuangan. Sementara ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 6% pada tahun ini, naik dari proyeksi sebelumnya 5,8% tetapi lebih lambat dari tahun lalu 6,1%.