Ekonom Prediksi Neraca Dagang November 2019 Cetak Surplus
Neraca perdagangan pada November 2019 diperkirakan surplus sebesar US$ 309 juta. Ekspor diperkirakan meningkat, sedangkan impor diramal menurun.
"Surplus perdagangan dipengaruhi oleh laju ekspor bulanan cenderung lebih tinggi dibandingkan laju impor bulanan," ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Katadata.co.id, Senin (16/12).
Ia memperkirakan kinerja ekspor akan meningkat sebesar 1,58% secara tahunan pada bulan lalu. Ini didorong oleh kenaikan harga komoditas, seperti minyak sawit mentah atau CPO yang naik 18% secara bulanan, batu bara 0,04%, dan karet alam sebesar 6%.
Selain kenaikan harga komoditas, volume eskpor juga diperkirakan meningkat seiring peningkatan aktivitas manufaktur dari seluruh mitra dagang Indonesia seperti Euro Zone, AS, Tiongkok, Jepang, India dan ASEAN.
(Baca: Damai Dagang AS-Tiongkok Angkat Rupiah ke Level 13 Ribu Per Dolar AS)
Di sisi lain, ia memperkirakan impor turun sebesar 12,25% secara tahunan. "Secara bulanan, impor diperkirakan akan cenderung tidak banyak berubah dari bulan lalu," ujarnya.
Ia menuturkan, hal tersebut terjadi akibat kenaikan harga minyak sebesar 6% secara bulanan yang mendorong kenaikan impor migas. Namun. kenaikan impor migas akan tertutup oleh kontraksi dari impor nonmigas akibat kinerja industri manufaktur yang melemah.
Tak sejalan, Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam memperkirakan neraca perdagangan bulan November 2019 akan defisit. "Saya perkirakan defisit US$ 100 juta," kata Piter.
(Baca: Kesepakatan Dagang Tahap I AS-Tiongkok Rampung, Berikut Perinciannya)
Menurut dia, secara historis pertumbuhan impor selalu lebih besar daripada ekspor pada November. Hal ini lantaran impor diproyeksi meningkat, terutama pada komponen bahan baku dan migas.
"Kenaikan impor BBM diduga dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia pada bulan November dibandingkan Oktober," jelas dia.
Adapun BPS akan mengumumkan neraca perdagangan pada hari ini pukul 11.00 WIB.