Naik 5,3%, Utang Luar Negeri November 2018 Capai Rp 5.220 Triliun
Utang Luar Negeri Indonesia tercatat US$ 372,9 miliar atau setara Rp 5.220 triliun per November 2018. Angka tersebut meningkat US$ 12,3 miliar atau sekitar Rp 174 triliun dibandingkan posisi pada akhir bulan sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) mencatat, rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap stabil di kisaran 34%. "Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers," demikian tertulis seperti dalam siaran pers yang dikutip Selasa (15/1).
Utang luar negeri tersebut tumbuh 7% secara tahunan atau meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,3%. Peningkatan pertumbuhan utang luar negeri tersebut bersumber dari pertumbuhan utang luar negeri pemerintah dan swasta.
Secara rinci, utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 183,5 miliar. Sementara, utang swasta, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar US$ 189,3 miliar. Posisi tersebut meningkat US$ 12,3 miliar dibandingkan posisi pada akhir bulan sebelumnya.
(Baca: Aturan Kredit Pajak Luar Negeri Direvisi, Ini Rinciannya)
Peningkatan utang luar negeri disebabkan oleh faktor neto transaksi penarikan utang luar negeri dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Imbasnya, utang dalam rupiah yang dimiliki oleh investor asing tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS.
Adapun, posisi utang luar negeri pemerintah pada November 2018 sebesar US$ 180,5 miliar atau tumbuh 4,4% secara tahunan. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,3% secara tahunan. Posisi utang luar negeri pemerintah tersebut meningkat US$ 5,1 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik selama November 2018.
Di sisi lain, utang luar negeri swasta pada November 2018 tumbuh 10,1% secara tahunan atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,7%. Jumlah ini meningkat US$ 7,1 miliar dari posisi pada akhir bulan sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh neto pembelian surat utang korporasi oleh investor asing.
(Baca: Terus Terkerek Dua Faktor, Cadangan Devisa US$ 120,7 Miliar Akhir 2018)
Utang luar negeri swasta tersebut sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 73,9% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pangsa pada bulan sebelumnya sebesar 72,9%.