Sri Mulyani Prediksi Laju Ekonomi 2019 Tak Capai Potensi Maksimal 5,8%
Selain itu, pergerakan sektor sekunder seperti manufaktur dan konstruksi, serta cukup sehatnya sektor tersier seperti telekomunikasi, perdagangan, hotel, restoran dan sektor jasa keuangan juga menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun demikian, Sri Mulyani mengakui perubahan kondisi global menuju keseimbangan baru dapat menciptakan gejolak. Tekanan tersebut berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi domestik. "Pada saat ini banyak nilai tukar negara emerging dan negara maju mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat termasuk lndonesia," kata dia.
Akan tetapi, kondisi fundamental Indonesia diklaim cukup kuat untuk menghadapi tekanan eksternal, sebagaimana ditunjukkan pula pada periode tekanan global sebelumnya. Ketahanan Indonesia tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, defisit transaksi berjalan yang terjaga, cadangan devisa yang memadai, stabilitas sistem keuangan yang terjaga, serta pelaksanaan anggaran yang sehat.
Secara rinci, pada 2019, Sri Mulyani mengatakan konsumsi rumah tangga dibidik pada kisaran 5,1-5,2%. "Konsumsi masyarakat diharapkan tumbuh di atas 5% didukung oleh perbaikan pendapatan dan inflasi yang rendah," kata dia. Selain itu, penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat yang tepat waktu dan tepat sasaran.
Sementara itu, pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diprediksi berkisar 7,5%-8,3%. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perbaikan daya saing dan persepsi investor. Perbaikan daya saing didorong oleh pembangunan infrastruktur strategis dan perbaikan iklim usaha. Di sisi lain, peran swasta tetap didorong untuk meningkatkan kinerja investasi.
Lalu, pertumbuhan ekspor diperkirakan pada kisaran 6-7,2% dan impor pada 6,3-7,6%. Perkiraan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang masih meningkat disertai membaiknya perekonomian negara mitra dagang utama. Terakhir, belanja pemerintah dibidik tumbuh berkisar 2,8%-3,7%.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2019 pada kisaran yang lebih pesimistis yaitu 5,2%-5,6%. "Pertumbuhan ini banyak didorong oleh stimulus fiskal dan meningkatnya investasi dan juga beberapa aspek ekspor karena komoditas ekspor yang membaik," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Realisasi dan Asumsi Dasar Makro Ekonomi
Indikator | 2016 (Realisasi) | 2017 (Realisasi) | 2018 (APBN) | 2019 (Perkiraan) |
Pertumbuhan Ekonomi (% year on year) | 5,02 | 5,07 | 5,4 | 5,4-5,8 |
Inflasi (%) | 3,02 | 3,61 | 3,5 | 2,5-4,5 |
SPN 3 bulan (%) | 5,7 | 4,98 | 5,2 | 4,6-5,2 |
Kurs Rupiah (Rp/US$) | 13.307 | 13.384 | 13.400 | 13.700-14.000 |
Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) | 40,2 | 51,2 | 48 | 60-70 |
Lifting Minyak (ribu barel per hari) | 829 | 803,91 | 800 | 722-805 |
Lifting gas (ribu barel setara minyak per hari) | 1.180 | 1.142,33 | 1.200 | 1.210-1.300 |
Sumber: Kementerian Keuangan