Luruskan Klaim Pertumbuhan Ekonomi, Jokowi: Terbesar ke-3 di G20
Presiden Joko Widodo menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga di antara negara-negara G20. G20 adalah kelompok 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Pernyataan itu seakan menjawab tuduhan bahwa Jokowi sembarangan mengklaim Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Presiden menjelaskan hal tersebut ketika berpidato membuka Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di Jakarta, Kamis (4/5). "Pertumbuhan ekonomi kita baik seperti yang disampaikan Pak Menko Maritim (Luhut Pandjaitan), nomor 3 di antara negara G20," kata Jokowi.
Namun, Presiden menambahkan, persaingan saat ini bukan antara negara besar dan kecil namun antara negara yang cepat melakukan perubahan dan lambat berubah. Persaingan ini semakin ketat karena teknologi yang semakin maju.
Karena itu, Indonesia harus terus memperbaiki diri agar tidak kalah dengan negara lain. "Tapi kalau kita tidak berani loncat ya sudah, kita ditinggal. Sekali lagi dengan globalisasi dan teknologi," kata Jokowi.
Sebelumnya, Presiden dikritik seorang kolumnis asing, Jake Van Der Kamp, dalam kolom bisnis South China Morning Post (SCMP), Selasa lalu (2/5). Menurut dia, data yang digunakan Jokowi palsu saat menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar ketiga di dunia dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Hong Kong. Sebab, berdasarkan datanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di peringkat ke-13, bukan ke-3.
Pemerintah melalui Istana Kepresidenan dan Kementerian Keuangan langsung mengklarifikasi pernyataan Presiden. Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyatakan, Jokowi tidak menjadikan dunia sebagai acuan saat menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbesar ketiga, melainkan di antara negara-negara G-20.
Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa investasi harus tumbuh minimal 8 persen agar pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,1 persen pada tahun depan. Investasi diharapkan datang dari berbagai sumber. Namun, yang paling diharapkan adalah dari sektor swasta, baik dalam maupun luar negeri.
Sedangkan investasi lainnya dapat datang dari belanja modal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta pasar modal. "Tadi ditekankan Presiden bahwa skenario pertumbuhan apapun perlu investasi lebih besar," kata Sri Mulyani beberapa hari lalu.