Pemerintah Waspadai Laju Inflasi Akibat Kenaikan Tarif Listrik

Desy Setyowati
2 Maret 2017, 12:06
Listrik
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Petugas melakukan perawatan jaringan listrik milik PLN di Jalan Raya Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/12/2016).

Pemerintah mewaspadai dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) kelompok daya 900 Volt Ampere (VA) tahap kedua, terhadap inflasi pada Maret ini. Sebelumnya, kenaikan tarif listrik tahap pertama pada Januari lalu turut menjadi penyumbang utama inflasi bulan itu yang sebesar 0,97 persen dan Februari lalu sebesar 0,23 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah berfokus menjaga inflasi yang berasal dari harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices), termasuk tarif listrik. Caranya adalah memilihwaktu yang tepat untuk menaikkan harga sehingga tidak mempengaruhi inflasi secara terus-menerus.

“Tugas pemerintah akan banyak menimbang administered prices. Jangan sampai berturut-turut pengaruhnya. Timing akan diperhatikan supaya tidak terlalu banyak dampaknya,” kata Darmin di Jakarta, Rabu malam (1/3). (Baca juga: Turunnya Harga Gabah Hambat Laju Inflasi Februari 2017)

Seperti diketahui, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan menaikkan tarif listrik untuk golongan 900 VA secara bertahap yaitu pada Januari, Maret dan Mei. Pada Januari lalu, kenaikan tarif listrik tercatat berkontribusi sebesar 0,19 persen terhadap inflasi. Sedangkan pada Februari lalu, andilnya sebesar 0,11 persen. Kenaikan tarif ini terkait dengan kebijakan pemerintah mengurangi subsidi tarif listrik 900 VA secara bertahap pada kelompok masyarakat mampu.  

Selain tarif listrik, Darmin menjelaskan, pihaknya mewaspadai risiko kenaikan harga pangan (volatile food) seperti cabai rawit dan bawang merah. Pangkal soalnya, pada musim penghujan seperti sekarang ini, produksi kedua komoditi tersebut menurun akibat gagal panen. Meski begitu, dia memperkirakan pengaruhnya tidak akan besar terhadap inflasi Maret 2017.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai realisasi inflasi bulan Februari yang rendah di level 0,23 persen telah sejalan dengan upaya pemerintah mengejar target inflasi 3-5 persen tahun ini. Namun, ia menyoroti deflasi yang terpantau terjadi atas beberapa komoditas dan wilayah. Kekhawatirannya, hal tersebut akan mempengaruhi pendapatan petani, yang kemudian berdampak pada daya beli. 

Di lain kesempatan, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wobowo mengakui andil tarif listrik cukup besar terhadap inflasi. Namun ia melihat ada peluang untuk mengurangi dampak kenaikan tarif listrik, lantaran adanya penurunan harga gabah di Februari lalu. Nantinya harga beras pada Maret diharapkan bisa turun. “Kemungkinan beras akan berperan menjaga inflasi atau deflasi kecil di Maret 2017,” tutur dia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...