BI Waspadai Peningkatan Defisit Transaksi Berjalan Tahun Ini
Bank Indonesia (BI) mewaspadai potensi peningkatan defisit neraca transaksi berjalan (current account defisit/CAD) pada tahun ini. Meski demikan BI berpendapat bahwa kondisi tersebut masih dalam batas aman.
"Secara umum kita melihat kondisinya tetap terjaga, yang perlu diperhatikan adalah mungkin defisit transaksi berjalannya akan membesar," kata Agus usai menghadiri acara Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (8/2) malam.
Tahun ini, dia memperkirakan defisit transaksi berjalan akan meningkat hingga 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu masih di bawah target pemerintah yang sebesar 2,5 persen dari PDB, namun lebih tinggi dari defisit neraca berjalan yang tahun lalu yang hanya 1,8 persen.
(Baca juga: BI Catat Defisit Transaksi Berjalan 2016 Terkecil dalam 5 Tahun)
Rendahnya defisit transaksi berjalan tahun lalu ditunjang proyeksi untuk kuartal IV yang hanya 0,8 persen dari PDB. Bila sesuai dengan prediksi BI, maka besaran defisit tersebut merupakan yang terendah sepanjang empat tahun terakhir. “Untuk Kuartal IV-2016, kami ada transaksi berjalan over PDB memang rekor,” kata Agus.
Dalam sejarahnya, transaksi berjalan terakhir mengalami surplus pada Kuartal III-2011. Setelah harga komoditas jatuh, neraca transaksi berjalan terus mengalami defisit.
Soal proyeksi naiknya defisit tahun ini, menurut Agus merupakan efek samping dari pertumbuhan ekonomi yang semestinya akan mendorong peningkatan impor. Sebab, dia memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2016 akan surplus US$ 12 miliar. Angka itu melonjak tinggi, mengingat pada 2015 neraca pembayaran masih defisit US$ 1 miliar.
(Baca juga: Surplus Neraca Dagang 2016 Tumbuh 14 Persen meski Ekspor Turun)
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyatatakan optimistis proyeksi NPI akan tercapai karena ada dorongan dari masuknya dana repatriasi pengampunan pajak (tax amnesty). Pada Kuartal IV-201, ia memperkirakan uang masuk bisa mencapai Rp 100 triliun dari repatriasi.