Intervensi Rupiah, BI Seperti Menggarami Laut
KATADATA ? Bank Indonesia (BI) dinilai tidak perlu melakukan intervensi untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika Serikat (AS). Persoalannya, pelemahan nilai tukar merupakan gejala global yang tidak terjadi di Indonesia.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, jika BI terlalu berlebihan melakukan intervensi bisa mengurangi cadangan devisa. Hal ini pernah terjadi pada pertengahan 2013 lalu, ketika rupiah melemah cadangan devisa turun dari US$ 105 miliar menjadi US$ 92,7 dalam dua bulan. (Baca: Rupiah Lemah, Tidak Pacu Ekspor)
?Bisa saja (BI intervensi). Tapi investor melihat cadangan devisa cukup tidak, nanti ujung-ujungnya utang. Tapi kan trennya bukan cuma rupiah yang melemah. Kalau intervensi berlebihan sama saja menggarami laut,? kata David saat dihubungi Katadata, Jumat (6/3).
Menurut dia, yang bisa dilakukan BI adalah menjaga volatilitas rupiah. Selain itu, pemerintah harus segera memperbaiki iklim investasi supaya menarik investasi asing langsung. Hal ini penting mengingat pemerintah mesti berpacu dengan kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
?Tidak ada langkah cepat yang bisa diambil pemerintah untuk menahan pelemahan rupiah. Penyebabnya masalah domestik yang dihadapi Indonesia bersifat struktural,? kata David. (Baca: Rupiah Rentan karena Utang Luar Negeri Tinggi)
Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyampaikan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini hanya sementara. ?Sejauh ini internal oke semua. Cuma ada ekspektasi Fed Rate akan naik,? kata dia di kantornya hari ini.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menambahkan, dirinya akan berdiskusi dengan eksporti produk di luar komoditas untuk memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah.
?Harapan kami (ekspor) lebih baik, makanya saya akan diskusi dengan kawan pelaku ekspor misal holtikultura. Bagaimana memanfaatkan pelemahan rupiah,? tutur Gobel. (Baca: Rupiah Terpengaruh Revisi Ekonomi Cina)