IHSG Tidak Terpengaruh Sidang Gugatan Pilpres di MK
KATADATA ? Pelaku pasar tidak menghiraukan sidang perdana gugatan hasil pemilihan presiden (pilpres) di Mahkamah Konstitusi (MK) yang dilayangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
David Nathanael Sutyanto, analis First Asia Capital, menilai sidang tersebut tidak memberikan sentimen yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurutnya, MK tidak akan membuat putusan yang mematahkan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla.
?Sentimen karena MK kecil, faktornya lebih karena fundamental. Kalaupun pengaruh nggak akan lama. Saya yakin MK nggak akan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat,? ujarnya saat dihubungi Katadata Rabu (6/8).
Hal yang sama disampaikan Andy Wibowo Gunawan, analis Sucorinvest Central Gani, bahwa sidang perdana gugatan hasil pilpres tidak signifikan mempengaruhi pasar. ?Apalagi ada lembaga survei yang sebelumnya memenangkan pasangan penggugat sudah mengakui kesalahannya,? kata dia.
IHSG pada perdagangan hari ini dibuka melemah. Hingga pukul 14.50, IHSG tercatat turun 53 poin atau turun 1 persen dari penutupan perdagangan kemarin di posisi 5.109.
Menurutnya, penurunan tersebut disebabkan rilis data ekonomi Indonesia yang ternyata di bawah ekspektasi pasar. ?Angkanya tidak memuaskan, dan ini kan di bawah ekspektasi. Inflasi diperkirakan 0,8 persen jadinya 0,9 persen. PDB (Produk Domestik Bruto) ekspektasinya 5,3 persen-5,4 persen, realisasinya 5,1 persen,? ujar David.
Dengan kondisi perekonomian yang seperti ini, dia memperkirakan IHSG sampai akhir tahun bisa di posisi 5050. David mengatakan, tidak ada alasan untuk menaikkan target lebih dari itu karena kinerja emiten yang kurang baik dan ekonomi yang kurang baik. ?Fundamental kita sebenarnya masih terbilang baik, tapi nggak sesuai ekspektasi. Jadi investor kurang yakin,? imbuhnya.
Sementara Andy menilai, penurunan indeks lebih disebabkan aksi ambil untung investor. Apalagi indeks sejak awal tahun sudah mengalami kenaikan hingga 18 persen, sekaligus menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan regional.
Selain itu, pelaku pasar juga tengah mencermati perkembangan kebijakan pemerintah yang membatasi penjualan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Jika pemerintah menaikkan harga BBM bisa dipastikan bakal menyebabkan inflasi meroket, dan kemungkinan Bank Indonesia (BI) juga akan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate).
Budi Frensidy, Direktur Fund-and-Fun Independent Financial Planner, mengatakan faktor perekonomian global, terutama Eropa yang kurang baik juga memberi tekanan bagi IHSG. ?Default Argentina juga memberi sentimen ke investor. Tapi saat investor mau beralih ke emerging market, kondisi ekonomi kita menurun,? kata dia.
Selain itu, untuk mengurangi tekanan ekonomi dalam negeri yang lebih banyak disumbang oleh neraca perdagangan. Dia menyarankan agar pemerintah segera membuka kembali ekspor tambang, untuk membantu penguatan ekspor. Sedangkan untuk mengurangi impor, cara tercepat dengan menaikkan harga BBM.
?Pilihannya kan naikkan ekspor turunkan impor, tapi susah kan. Cara tercepat ya naikkan harga BBM untuk mengurangi impor,? tuturnya.