Kredit Bank Maret Tumbuh 7,2%, Terutama Sektor Pengolahan dan Hotel
Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan naik 7,2% menjadi Rp 5.703,4 triliun pada Maret 2020. Pertumbuhan ini meningkat dibanding bulan sebelumnya, yang hanya 5,5%.
"Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada debitur korporasi," demikian dikutip dari keterangan resmi BI, Kamis (30/4).
Pertumbuhan kredit untuk korporasi meningkat dari 4,6% pada Februari, menjadi 8% bulan lalu. Sedangkan pertumbuhan kredit kepada perorangan melambat dari 6,3% menjadi 5,8%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan pertumbuhan terjadi pada pembiayaan produktif, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Pertumbuhan Kredit modal kerja (KMK) naik dari 2,6% menjadi 5,1%.
(Baca: Kinerja Terancam, Bank BUMN Minta Subsidi Bunga KUR dari APBN Ditambah)
Peningkatan terutama terjadi pada sektor industri pengolahan, serta Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). Rinciannya, pertumbuhan KMK sektor industri pengolahan naik dari 3,1% menjadi 9,8%, terutama industri logam dasar besi dan baja di Jawa Barat dan Banten.
Kemudian, pertumbuhan KMK sektor PHR meningkat dari 1,1% menjadi 2,2%. Peningkatan terjadi utamanya di subsektor perdagangan impor bahan bakar gas, cair, dan padat di DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Pertumbuhan kredit investasi (KI) pun meningkat dari 10% menjadi 13%. Kenaikan terutama pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan.
Secara rinci, KI sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan naik dari 5,3% pada Februari, menjadi 7,1% bulan lalu. Kenaikan tertinggi terjadi di subsektor perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara dan Kalimantan Utara.
(Baca: Gerak Terbatas, Bank BUMN Ragu Kinerja Mendatang Tetap Positif)
Pertumbuhan KI kepada sektor industri pengolahan juga melonjak dari 3,9% menjadi 10,7%. Khususnya pada subsektor industri logam dasar besi dan baja di Banten dan Jawa Barat.
Sedangkan, pertumbuhan kredit konsumsi (KK) melambat dari 6,1% menjadi 5,4%. Penyebab utamanya, pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) terutama rumah tipe 22-70 dan kredit multiguna turun.
Kredit properti juga melambat pertumbuhannya dari 8,4% menjadi 7,4%. Penyebabnya, perlambatan kredit KPR/KPA, serta kredit konstruksi.
Tercatat, pertumbuhan kredit KPR/KPA melambat dari 7,5% menjadi 6,6%. Perlambatan juga terjadi pada kredit konstruksi dari 11,2% menjadi 8,8%, terutama terkait perumahan.
(Baca: Pemerintah Tunda Pembayaran Cicilan Kredit UMKM Selama Enam Bulan)
Di sisi lain, kredit real estate pertumbuhannya meningkat dari 5,5% menjadi 7,2%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan kredit real estate gedung perkantoran.
Sedangkan, pertumbuhan kredit untuk sektor UMKM melambat dari 7,8% menjadi 6,9%. Rinciannya, pertumbuhan kredit usaha skala kecil turun dari 10,6% menjadi 9,1%. Lalu, kredit usaha skala menengah melambat dari 2,2% menjadi 1%.
Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit UMKM yakni modal kerja dan investasi. (Baca: Imbas Covid-19, Volume Transaksi Kartu Kredit Terpangkas Hingga 30%)
Kendati pertumbuhan kredit meningkat secara keseluruhan, suku bunga kredit dan simpanan menurun. Hal ini sejalan dengan penurunan suku bunga acuan.
Pada Maret, rata-rata tertimbang suku bunga kredit sebesar 10,33% atau turun 9 basis poin dibandingkan 10,42% pada bulan sebelumnya.
Demikian pula rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka turun pada hampir seluruh jenis tenornya. Rinciannya, tenor sebulan turun dari 5,91% menjadi 5,76%. Untuk jangka waktu tiga bulan menurun dari 6,18% menjadi 6,09%.
Kemudian, bunga pinjaman simpanan berjangka tenor enam bulan turun dari 6,58% menjadi 6,42%. Lalu, untuk jangka waktu setahun menurun dari 6,72% menjadi 6,6%.
Kendati begitu, suku bunga simpanan berjangka tenor 24 bulan meningkat dari 7,29% menjadi 7,32%. (Baca: Bank-bank Kecil Berlomba Tambah Modal lewat Penjualan Saham Baru)