Rupiah Anjlok Rp 16.000 per Dolar AS Meski BI Gencar Lakukan Intervensi
Pergerakan rupiah pada penutupan sore ini menembus level psikologis. Berdasarkan data Bloomberg sore ini, rupiah ditutup melemah 64 poin atau 0,40% hingga berada pada level Rp 16.008 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan pelemahan rupiah tetap terjadi meski Bank Indonesia (BI) sudah melakukan intervensi.
“Rupiah tertekan oleh dolar AS yang masih terus menguat terhadap mata uang utama dunia seperti euro dan franc swiss dengan pemangkasan suku bunga dan data PDB yang lebih lemah dari perkiraan,” kata Lukman, Jumat (13/12).
Sementara dari domestik, data-data ekonomi masih menunjukkan permintaan yang lemah mulai dari ekspor impor, penjualan ritel, mobil, kemungkinan kenaikan utang dan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% pada 2025. Hal ini memicu aliran uang atau investasi asing keluar dari Indonesia menuju negara atau pasar lain.
Meski demikian, Lukman tetap menekankan, bahwa penyebab utama pelemahan rupiah karena dolar AS terus menguat. Tak hanya rupiah, pelemahan nilai tukar juga terjadi pada mata uang lain.
Investor Kecewa dengan Stimulus Cina
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah pada sore ini. Di antaranya karena investor kecewa dengan serangkaian langkah stimulus agresif setelah pembaruan dari Konferensi Kerja Ekonomi Pusat Cina.
“Sebuah pernyataan di media mengungkapkan Cina telah berjanji untuk meningkatkan defisit anggaran, meningkatkan penerbitan utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah ketegangan perdagangan yang diantisipasi dengan AS,” kata Ibrahim.
Menurut Ibrahim, pasar melihat kebijakan ini tidak mungkin memberikan momentum ekonomi secara langsung untuk melawan tekanan deflasi Cina. Sementara Beijing juga menetapkan target pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran, penerbitan utang, dan variabel lain untuk tahun mendatang.
Bank Indonesia Lakukan Intervensi
Bank Indonesia telah melakukan intervensi secara agresif di pasar uang untuk mengatasi pelemahan rupiah. Bahkan saat ini rupiah sudah melewati level psikologis yaitu Rp 16.000 per dolar AS.
“Kami memasuki pasar dengan intervensi rangkap tiga yang cukup berani,” kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Sekuritas, Moneter dan Aset BI, Edi Susianto dikutip dari Bloomberg, Jumat (13/12).
Edi menjelaskan, BI sudah melakukan intervensi dengan memasuki pasar spot dan pasar domestic non-deliverable forward (DNDF). Begitu juga ke pasar obligasi pemerintah untuk menjaga kepercayaan pasar.