WHO Peringatkan Ancaman Puncak Kedua Corona, Rupiah Bergerak Melemah
Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini, Selasa (26/5), dibuka melemah 0,13% di posisi 14.730 per dolar Amerika Serikat. Rupiah pun kian bergerak melemah dan berada di level 14.750 per dolar AS hingga pukul 09.30 WIB.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, penyebaran wabah yang masih meningkat tetap menjadi kekhawatiran pasar karena vaksin belum ditemukan. Ketegangan baru antara AS dan Tiongkok juga memicu kekhawatiran baru pasar.
"Hubungan AS dan Tiongkok memanas karena provokasi AS soal penyebaran virus dan kini soal Hong Kong." ujar Tjendra kepada Katadata.co.id.
Di sisi lain, terdapat sentimen positif dari aksi pelonggaran lockdown sejumlah negara dan kabar kemajuan penemuan vaksin corona. Jepang baru saja mencabut status darurat corona.
Adapun singapura akan melakukan pelonggaran lockdown tahap dua. Demikian pula dengan Inggris yang akan berlaku mulai Juni.
(Baca: Pandemi Belum Mereda, Kasus Positif Corona Global Tembus 5,5 Juta)
Sementara itu, perusahaan Bioteknologi AS Novavax juga mengumumkan kemajuan penemuan vaksin yang saat ini sedang dilakukan uji klinis. Sentimen-sentimen tersebut masih menjadi penggerak penguatan aset-aset berisiko di pasar keuangan, termasuk rupiah.
Adapun mayoritas mata uang Asia pagi ini bergerak menguat terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, yuan Tiongkok perkasa 0,08%, baht Thailand 0,15%, dolar Taiwan 0,21%, won Korea 0,34%, dolar Hong Kong 0,03%, dan dolar Singapura 0,15%. Sementara yen Jepang melemah 0,14%,
Di sisi lain, indeks saham Asia juga bergerak positif. Nikkei 225 melaju 2%, Kospi 1,27%, Shanghai Composite 0,72%, Hang Seng 1,82%, Strait Times 1,08%, dan IHSG 0,91%.
(Baca: WHO: Gelombang Pertama Corona Belum Usai, Puncak Kedua Mungkin Terjadi)
Ariston memproyeksi rupiah masih berpotensi menguat pada perdagangan hari ini. "Rupiah berpotensi menuju area support Rp 14.600 per dolar AS dan resistance di kisaran Rp 14.800 per dolar AS," kata dia.
Sebelumnya, WHO memperingatkan gelombang pertama virus corona secara global belum benar-benar usai . Organisasi Kesehatan Dunia ini juga menyebut ancaman puncak kedua pandemi virus corona dapat dialami negara-negara yang kini mengalami penurunan kasus jika terburu-buru mengeluarkan kebijakan pelonggaran lockdown tanpa perhitungan yang matang.
Jumlah kasus virus corona di seluruh dunia kini mencapai lebih dari 5,5 juta, sementara korban jiwa mencapai hampir 350 ribu orang.