Surat Utang RI Diborong Asing, Rupiah Menguat 2,2% jadi 14.095 per US$
Nilai tukar rupiah pada pasar spot sore ini, Rabu (3/6) menguat 2,22% ke level Rp 14.095 per dolar Amerika Serikat (AS). Maraknya investor asing yang melirik obligasi Tanah Air menjelang fase tatanan baru (new normal) membawa rupiah kembali menempati peringkat terbaik di Asia.
Adapun mata uang Asia bergerak bervariasi sore ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong menguat 0,01% bersama dolar Singapura 0,19%, dolar Taiwan 0,26%, won Korea Selatan 0,7%, peso Filipina 0,48%, dan ringgit Malaysia 0,26%.
Sedangkan yen Jepang melemah 0,07% diikuti rupee India 0,15%, yuan Tiongkok 0,1%, dan baht Thailand 0,15%.
(Baca: Rupiah Menguat 1,37% ke 14.217 per dolar AS, Paling Perkasa di Asia)
Tak hanya di pasar spot, rupiah juga perkasa pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Berdasarkan kurs yang dipublikasikan Bank Indonesia pada pukul 10.00 WIB ini, mata uang Garuda ada di level Rp 14.2445 per dolar AS, naik 257 poin.
Ekonom Senior sekaligus Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan faktor pendorong penguatan rupiah saat ini. "Investor asing kembali ke bond market Indonesia," ujar Chatib dalam konferensi video, Rabu (3/6).
Padahal, investor asing sebelumnya beramai-ramai melepas obligasi pemerintah dan menukarkannya dengan dolar AS. Hal ini menyebabkan rupiah terpuruk hingga menyentuh level Rp 16 ribu.
Chatib menilai imbal hasil obligasi pemerintah saat ini cukup menarik. "Sehingga sekarang mereka punya option," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah telah melelang Surat Utang Negara (SUN) untuk membiayai Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara 2020. Dari lelang 7 seri SUN, pemerintah telah mengantongi dana sebesar Rp 24,35 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk mencapai Rp 105,27 triliun. Adapun lelang dilaksanakan melalui sistem lelang Bank Indonesia.
(Baca: Terkerek Wacana New Normal, Rupiah Menguat 1,33% dan Terbaik di Asia)
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan faktor lain yang menyebabkan rupiah perkasa sore ini. Menurutnya, pembukaan kembali perekonomian di beberapa negara pandemi dan rencana new normal Indonesia masih menjadi sentimen positif penyokong rupiah hari ini.
"Para pelaku pasar seakan tidak mau ketinggalan kereta dan berusaha segera masuk ke aset-aset berisiko untuk mendapatkan yield yang lebih tinggi," kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Rabu (3/6).
Adapun isu kerusuhan dan demonstrasi AS yang masih berlangsung hingga hari ini, menjadi salah satu penekan kurs dolar AS. Demontrasi dikhawatirkan dapat menganggu perekonomian AS. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS melemah 0,31% ke level 97,37 .
Meski demikian, Tjendra menuturkan bahwa pasar masih mewaspadai isu lain berupa berlanjutnya ketegangan AS dan Tiongkok terkait status Hong Kong. "Isu tersebut bisa membalikkan keadaan bila berlanjut ke perang dagang," ujar dia.
Adapun laju rupiah sepanjang pekan lalu hingga hari ini bisa dilihat dalam databoks berikut ini.