Rupiah Melemah ke 14.265 per Dolar AS Akibat Aksi Ambil Untung

Agatha Olivia Victoria
30 Juni 2020, 17:15
rupiah, ambil untung, pandemi corona , nilai tukar rupiah, rupiah melemah
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Ilustrasi. Rupiah sore ini melemah bersama dengan mayoritas mata uang Asia.

Nilai tukar rupiah melemah 0,14% ke level Rp 14.265 per dolar Amerika Serikat pada pasar spot sore ini, Selasa (30/6). Rupiah melemah akibat aksi ambil untung pelaku pasar.  

Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia turut melemah sore ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang turun 0,15%, dolar Singapura 0,25%, dolar Taiwan 0,24%, won Korea Selatan 0,33%, ringgit Malaysia 0,04%, dan baht Thailand 0,01%

Sementara itu, dolar Hong Kong menguat 0,01%, peso Filipina naik 0,09%, rupee India 0,1%, dan yuan Tiongkok 0,04%.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang dipublikasikan Bank Indonesia pukul 10.00 WIB menempatkan rupiah pada level Rp 14.302 per dolar AS, naik 67 poin.

(Baca: Sri Mulyani Bela Terawan soal Realisasi Anggaran Covid-19 Masih Minim)

Analis HFX Berjangka Ady Pangestu mengatakan pelemahan rupiah terjadi karena faktor teknikal. "Ada profit taking dari seller yang sudah menjual pada awal bulan Juni kemarin dan ini adalah akhir bulan," kata Ady kepada Katadata.co.id, Selasa (30/6).

Di sisi lain, Ady menilai rilis data Tiongkok yang membaik belum membuktikan pemulihan ekonomi yang merata. "Apalagi masih dibayangi gelombang kedua virus corona," ujarnya.

Peningkatan manufaktur Tiongkok terjadi di tengah pemulihan ekonomi Negeri Panda setelah pemerintah mencabut karantina wilayah atau lockdown dan meningkatkan investasi usai diterjang pandemi corona. Kendati demikian, ekspor produk Tiongkok tetap lemah karena krisis kesehatan global menyerang sebagian besar negara dunia.

(Baca: Normal Baru, Masa Berlaku Rapid Test dan PCR Diperpanjang 14 Hari)

Data Biro Statistik Nasional menunjukkan, Indeks Manajer Pembelian manufaktur Tiongkok pada Juni berada pada posisi 50,9. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan dengan periode Mei yang masih 50,6 maupun di atas konsensus analis dalam jajak pendapat Reuters sebesar 50,4.

Sejalan dengan kenaikan indeks, Tiongkok juga mecatat percepatan ekspansi produksi yang ditandai dengan indeks 53,9 pada Juni dibandingkan 53,2 bulan sebelumnya. Total permintaan barang juga meningkat menjadi 51,4 dari 50,9 pada Mei.

Mayoritas berasal dari permintaan domestik, khusunya dari industri dari logam nonferro ke peralatan umum dan mesin listrik, sedangkan permintaan ekspor hingga kini masih terkontraksi, meskipun penurunannya lebih lambat.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...