Ekonomi Kuartal II Negatif 5,32%, Apakah Indonesia Sudah Resesi?

Agustiyanti
5 Agustus 2020, 13:17
ekonomi kurtal II, ekonomi kontraksi kuartal II, ekonomi anjlok, resesi ekonomi, pandemi corona, Indonesia resesi
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz
Ilustrasi. Ekonomi Indonesia pada kuartal II juga tercatat negatif 4,19% dibandingkan kuartal I 2020 dan minus 1,62% pada sepanjang semester pertama tahun ini dibandingkan semester I 2019.

Badan Pusat Statistik mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal II 2020 terkontraksi atau negatif hingga mencapai 5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih buruk dari proyeksi pemerintah negatif sebesar 4,32%. Ekonomi juga tercatat negatif 4,19% dibandingkan kuartal I 2020 dan minus 1,62% pada sepanjang semester pertama tahun ini dibandingkan semester I 2019.

Kinerja perekonomian yang buruk terutama disebabkan oleh anjloknya konsumsi rumah tangga terutama akibat pembatasan sosial berskala besar untuk mencegah penyebaran pandemi corona. Konsumsi rumah tangga yang berkontribusi hampir setengah perekonomian Indonesia pada kuartal II 2020 tercatat negatif 6,51% dibandingkan kuartal sebelumnya atau minus 5,51% dibandingkan kuartal I 2020.

Lantas, apakah Indonesia sudah memasuki fase resesi?

Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi mengatakan dengan pertumbuhan yang negatif pada kuartal II 2020, Indonesia sudah otomatis masuk ke dalam resesi teknikal. Ia menjelaskan resesi teknikal merupakan kondisi pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi.

"Indonesia sudah mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 jika dilihat secara kuartalan," ujar Eric, dikutip Rabu (5/8).

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede juga menjelaskan resesi teknis secara umum didefinisikan dengan perekonomian yang terkontraksi secara kuartalan dalam dua kuartal berturut-turut. Namun, definisi tersebut berlaku pada perekonomian suatu negara yang sudah menghilangkan faktor musiman.

"Mengingat data PDB Indonesia masih belum menghilangkan faktor musiman, maka teknikal resesi didefinisikan sebagai pertumbuhan tahunan yang mengalami pertumbuhan negatif pada 2 kuartal berturut-turut. Jadi Indonesia belum teknikal resesi," jelasnya.

Senada dengan Eric, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia David Sumual juga menilai ekonomi Indonesia belum resesi secara teknis. Menurut dia, definisi resesi teknis adalah ketika negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut--turut secara berturut-turut yang dilihat secara tahunan. "Kalau dilihat kuartalan kita sudah sering negatif berturut-turut yang biasanya pada kuartal II dan III," kata David kepada Katadata.co.id, Rabu (5/8).

David menilai, perekonomian masih belum banyak bergerak salah satunya karena belanja pemerintah yang belum maksimal. Maka dari itu, akselerasi pengeluaran tersebut perlu terus digenjot. David pun optimistis perekonomian kuartal III dapat kembali positif.

"Namun kalau belanja pemerintah masih belum efektif seperti di kuartal II, kemungkinan akan kembali negatif pertumbuhannya," katanya.

Di sisi lain, Ekonom UI Faisal Basri menjelaskan resesi sebagai penurunan signifikan aktivitas ekonomi secara meluas yang terjadi dalam beberapa bulan,  beberapa kuartal atau bahkan beberapa tahun yang ditunjukkan oleh kemerosotan produk domestik bruto riil. Seiring dengan itu, pengangguran melonjak, pendapatan turun, dan penjualan eceran merosot.

"Resesi merupakan salah satu fase dari siklus bisnis. Aktivitas ekonomi ibarat roda pedati, kadang di atas, lalu menurun hingga titik terendah, lalu naik lagi hingga mencapai titik tertinggi. Sesekali terjerembab sangat dalam, suatu waktu lagi meroket," ujar Faisal dikutip dari situs pribadinya.

Faisal mengibaratkan perekonomian seperti halnya kue. Jika kue tidak lagi utuh alias menciut maka aktivitas ekonomi menurun. Kue yang menyusut dalam jumlah kecil disebut resesi, yaitu penurunan aktivitas ekonomi selama periode tertentu. Adapun jika kue menyusut sangat banyak maka perekonomian suatu negara dapat dikatakan mengalami resesi berat atau depresi.

"Tidak ada ukuran yang pasti berapa batas penurunan untuk menunjukkan resesi atau depresi," katanya.

Amerika Serikat pernah mengalami depresi besar selama periode 1929 hingga awal 1940-an, dengan kemerosotan paling tajam pada Agustus 1929 hingga Maret 1933 atau selama 43 bulan dan periode Mei 1937 hingga Juni 1938 atau 13 bulan. Pertumbuhan ekonomi mengalami kontrasi dua digit dan tingkat pengangguran meroket hingga ke level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 24,9 persen pada tahun 1933.

Menurut Faisal, dampak pandemi Covid terhadap perekonomian berbeda-beda. Vietnam diperkirakan tak sampai mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi Vietnam tahun ini diproyeksikan masih positif. Sedangkan untuk Indonesia, ADB dan IMF memperkirakan pertumbuhan sepanjang tahun ini negatif atau bakal mengalami resesi. Namun Bank Dunia keluar dengan prediksi stagnan alias ekonomi Indonesia tidak mengalami pertumbuhan tetapi tidak pula merosot.

"Seandainya pun Indonesia mengalami resesi, kontraksinya jauh lebih ringan ketimbang Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand," ujarnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga menyebut Indonesia secara teknis belum memasuki resesi ekonomi meski ekonomi pada kuartal II negarif secara tahunan.

"Secara teknis kalau dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi negatif, itu berarti suatu negara atau ekonomi mengalami resesi. Kita kuartal I masih tumbuh, kuartal II mungkin negatif, tetapi Kuartal III harapkan mendekati 0% sehingga secara teknis tidak resesi," ujar Sri Mulyani dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (16/6).

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...