RI Masuk Resesi, Konsumen Makin Pesimistis terhadap Kondisi Ekonomi
Survei Konsumen Bank Indonesia mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Oktober 2020 semakin menurun. Hal ini seiring dengan kondisi resesi ekonomi yang dialami Indonesia mulai akhir kuartal III 2020.
Indeks Keyakinan Konsumen turun dari 83,4 pada September menjadi 79 dan masih berada di level pesimistis. IKK di bawah 100 menunjukkan keyakinan konsumen pada level pesimistis, sebaliknya di atas itu menunjukkan kondisi optimistis.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, penurunan IKK terutama disebabkan oleh penurunan kedua indeks pembentuknya. Indeks Ekspektasi Konsumen turun dari 116,6 menjadi 106,6, sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini turun dari 54,1 menjadi 51,5.
"Meski turun, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan tetap berada pada level optimistis," ujar Onny dalam siaran pers, Senin (9/11).
Adapun penurunan IKK terjadi pada sebagian besar kelompok tingkat pengeluaran responden, terdalam pada responden dengan pengeluaran Rp 1 juta - Rp 2 juta per bulan. Berdasarkan usia, sebagian besar penurunan IKK terjadi pada responden berusia 31-40 tahun. Penurunan IKK juga terjadi pada 13 kota, dengan penurunan terdalam di Pontianak, Mataram, dan Banten.
Konsumen masih sangat pesimis pada kondisi ekonomi saat ini yang ditunjukkan oleh indeks kondisi ekonomi saat ini sebesar 51,5. IEK pada Oktober semakin turun terutama karena penurunan pada indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menjadi masing-masing 52,9 dan 32,3.
Menurut survei tersebut, keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan bulan sebelumnya melemah karena belum pulihnya penghasilan konsumen balk yang bersifat rutin maupun omset usaha. Ini seiring masih diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar transisi di berbagai kota.
Adapun pelemahan keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja terutama terjadi pada responden dengan pendidikan SLTA, Akademi, dan pascasarjana dengan kelompok responden di bawah 30% paling pesimistis.
Sementara keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama menurun terutama pada jenis barang elektronik, furnitur dan perabot rumah tangga. Penurunan indeks terjadi pada mayoritas kategori tingkat pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 4,1 juta - Rp 5 juta per bulan.
Meski masih sangat pesimistis dengan kondisi saat ini, konsumen masih optimistis dengan keyakinan pada kondisi ekonomi yang akan datang. Namun, optimisme tersebut sedikit menurun terutama pada indeks ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan pada enam bulan mendatang.
Survei Konsumen BI juga mengindikasikan rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi meningkat dari 68,8% pada September 2020 menjadi 69,4% pada Oktober 2020. Sedangkan rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang disimpan turun dari 19,8% menjadi 19,3% dan rata-rata rasio pembayaran cicilan atau utang juga turun dari 11,4% menjadi 11,3%.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, peningkatan rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terjadi pada responden dengan pengeluaran Rp 2,1 juta hingga Rp 4 juta per bulan. Sementara itu, penurunan porsi tabungan terhadap pendapatan terjadi pada mayoritas tingkat pengeluaran responden, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 4,1 juta sampai Rp 5 juta per bulan.
Pemerintah telah menyalurkan anggaran perlindungan sosial dalam program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional mencapai Rp 200,18 triliun atau 98,2% dari pagu Rp 203,9 triliun per 30 Oktober 2020. Secara rinci, realisasi anggaran paling besar berasal dari Program Keluarga Harapan sebesar Rp 36,71 triliun atau 98,2% dari pagu Rp 37,4 triliun.
Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet menyebut keyakinan konsumen yang terus berada di level pesimistis, bahkan menurun perlu dievaluasi."Ini perlu dijadikan evaluasi pemerintah untuk menyalurkan bantuan agar dapat mendorong konsumsi," katanya.