Sri Mulyani Taksir Inflasi Tahun Ini Hanya 1,5%, Terendah Era Jokowi
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada November mencapai 0,28% secara bulanan dan 1,59% secara tahunan. Menteri keuangan Sri Mulyani memproyeksi, inflasi sepanjang tahun ini hanya akan mencapai 1,5%, jauh di bawah proyeksi pemerintah dan Bank Indonesia.
"Kami perkirakan inflasi pada tahun ini sebesar 1,5%, ini terendah dalam enam tahun terakhir. Sangat rendah," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Strategi Implementasi APBN 2021 melalui video streaming, Selasa (1/12).
Namun berdasarkan data yang dimiliki Katadata.co.id, inflasi pada tahun ini akan menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Ini terlihat dalam databoks di bawah ini.
Sri Mulyani menjelaskan, terdapat risiko kenaikan harga komoditas pangan yang bergejolak pada akhir 2020 dan awal 2021 seiring periode musim tanam, masuknya musim penghujan, dan dampak La Nina. Selain itu, ada potensi peningkatan permintaan pangan dan transportasi menjelang Natal dan Tahun Baru.
Namun, kenaikan harga pangan diperkirakan masih akan terbatas seiring masih lemahnya permintaan rumah tangga dan serapan industri serta upaya pemerintah mejaga stabilitas harga.
"Inflasi yang rendah memberikan dampak positif pada biaya dana yang rendah. Namun, kita harus berhati-hati dengan tingkat permintaan yang masih rendah, ini harus diperkuat," katanya.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah menilai inflasi yang rendah di satu sisi bagus karena dapat menjaga daya beli masyarakat. Namun disisi lain, inflasi yang rendah disebabkan oleh permintaan yang menurun akibat pandemi.
"Inflasi pada Desember kemungkinan berada di kisaran 0,3%. Hingga akhir tahun, inflasi akan dibawah target BI," katanya.
Bank Indonesia sebelumnya menargetkan inflasi pada tahun ini akan berada pada rentang 2,5% hingga 4,5%. Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada November 2020 mencapai 0,28% secara bulanan, meningkat dibandingkan Oktober yang hanya mencapai 0,04%. Inflasi tahun kalender atau sepanjang Januari-November mencapai 1,23%, sedangkan inflasi tahunan pada bulan lalu tercatat sebesar 1,59%.
"Inflasi terutama terjadi karena kenaikan harga bahan makanan dan miniuman dengan andil 0,22%. Kenaikan terjadi pada harga daging ayam yang memberikan andil inflasi 0,08%, telur ayam ras, dan cabai," ujar Setianto dalam konferensi pers Pengumuman Inflasi November, Selasa (1/12).
Setianto menjelaskan, sejumlah bahan pangan juga masih menyumbangkan deflasi, seperti beras dan daging sapi yang memberikan andil deflasi 0,01%. Selain harga pangan, emas juga memberikan andil deflasi sebesar 0,02%.
Setianto mencatat, kelompok transportasi juga mengalami inflasi 0,3% dengan andil sebesar 0,04%. Kemudian, kelompok pakaian dan alas kaki,kesehatan, pendidikan, dan penyediaan makanan dan minuman juga memberikan andil inflasi masing-masing 0,01%. "Pada kelompok transportasi, kenaikan harga terutama terjadi pada tarif pesawat," katanya.
Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 0,04% dengan andil 0,01%. Lalu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi 0,23% dengan andil 0,01%. "Untuk kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, deflasi terutama karena penurunan harga emas. Sedangkan pada kelompok perumahan, air, dan listrik terjadi karena penurunan tarif listrik untuk pelanggan prabayar," katanya.
Berdasarkan komponen utama, inflasi terutama disumbang oleh harga yang bergejolak sebesar 1,31% dengan andil 0,21%, harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,16% dengan andil 0,03% dan kelompok inti mencatat inflasi sebesar 0,06% dengan andil 0,04%.