Masih Resesi, Indef Taksir Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I Minus 1%
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2021 masih negatif. Dengan demikian, Indonesia diprediksi belum keluar dari jurang resesi.
Proyeksi tersebut didasarkan pada berbagai indikator. "Pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2021 dugaan kami masih negatif, sekitar -1%,” kata Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto dalam diskusi daring, Senin (3/5).
Menurutnya, sudah ada peningkatan dalam kegiatan masyarakat, namun hal itu belum cukup untuk mengangkat ekonomi ke zona hijau. Di antara variabel yang memberatkan adalah laju kredit yang konsisten turun dari -2% sampai -4% dalam tiga bulan terakhir.
Dengan outlook triwulan I 2021 pertumbuhan ekonomi masih akan minus, menurut Eko, perlu upaya ekstra dari pemerintah untuk mendorong konsumsi dan investasi. Selain itu, program vaksinasi harus dipercepat untuk mengejar ketertinggalan di tiga triwulan tersisa, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 4,5% hingga 5,3% seperti yang ditargetkan pemerintah.
"Jadi konsekuensi dari minus di triwulan pertama ini memang cukup besar kepada optimisme untuk mencapai di tiga triwulan berikutnya, dan juga terhadap keseluruhan target,” kata Eko.
Simak Databoks berikut:
Peningkatan Aktivitas Kala Ramadan
Sementara itu, Indef juga mengamati terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat saat memasuki Bulan Ramadan. Data Analyst Continuum Data Indonesia, Muhammad Azzam mengatakan, indeks konsumsi masyarakat mengalami peningkatan sebesar 17% sejak awal April 2021.
Di antara komponen konsumsi yang mengalami peningkatan tertinggi yakni pakaian dan kebutuhan rumah tangga. “Tren belanja pakaian online semakin meningkat, terutama saat Ramadan, sementara untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat lebih banyak membelanjakan uangnya untuk membeli peralatan dapur dan set-up home office, karena sebagian besar masih melakukan work from home,” kata Azzam.
Ia mengatakan, tren belanja online masyarakat selama Ramadan meningkat tiga kali lipat. Hal ini dikarenakan masih dalam kondisi pandemi, sehingga masyarakat lebih banyak berbelanja secara online dibanding offline. Selain itu, momen Ramadan juga dimanfaatkan oleh banyak e-commerce untuk memberikan diskon khusus untuk meningkatkan transaksi.