Pemerintah Tarik Utang, Cadangan Devisa Kembali Cetak Rekor US$ 146 M
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa pada akhir September 2021 mencapai US$ 146,9 miliar, kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Posisi ini naik dari bulan sebelumnya US$ 144,8 miliar didorong penarikan utang luar negeri pemerintah.
BI juga mencatat cadangan devisa bulan lalu setara dengan pembiayaan 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu posisi ini juga sangat memadai karena berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada September 2021 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan utang luar negeri pemerintah," kata Direktur/Kepala Grup Departemen Komunikasi Muhamad Nur dalam keterangan resminya, Kamis (7/10).
Nur mengatakan cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Selain itu, cadangan devisa akan tetap memadai dalam beberapa bulan ke depan. Optimisme ini didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.
Kenaikan cadangan devisa bulan lalu, antara lain dipengaruhi adanya penarikan utang luar negeri oleh pemerintah. Pemerintah pada bulan lalu menerbitkan dua surat utang dengan denominasi mata uang asing. Penerbitan dilakukan pada Pada Kamis (13/9) sebesar US$ 1,25 miliar. Obligasi yang dilepas terdiri atas dua seri, yakni penawarn kembali untuk seri RI0731 tenor 10 tahun dan kupon 2,15%. Kemudian penawaran baru untuk seri RI0961 dengan tenor 40 tahun dengan kupon 3,2%.
Pada hari yang sama, pemerintah juga melakukan pricing untuk penerbitan Surat Utang Negara (SUN) Sustainable Development Goals (SDG's) dalam denominasi euro. Penerbitan obligasi ini meraup utang baru senilai 500 juta euro. Surat utang yang diterbitkan memiliki tenor 12 tahun dan tingkat kupon 1,30%.
Cadangan devisa pada Agustus menembus rekor tertinggi berkait kenaikan sebesar US$ 7,5 miliar. Kenaikan cadangan devisa dipengaruhi oleh bertambahnya kas negara yang bersumber dari dana hak penarikan khusus (SDR) yang diberikan Dana Moneter Internasional (IMF). Jumlah SDR yang diterima dari IMF sebesar US$ 6,31 miliar.
Nur menjelaskan, tren kenaikan cadangan devisa membantu menjaga kondisi ekonomi dan keuangan domestik. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga menilai posisi cadangan devisa menjadi salah satu komponen untuk mengukur kemampuan monter domestik merespon rencana tapering off bank sentral AS.
Dia menilai, posisi cadangan devisa RI yang terus meningkat membantu mengurangi kekhawatiran atas risiko gejolak akibat pengetatan stimulus Fed. "Cadangan devisa kita saat ini jauh lebih besar dari kondisi taper tantrum 2013 yang saat itu hanya sekitar US$ 90 miliar sampai US$ 100 miliar," kata David kepada Katadata.co.id pada bulan lalu.
David menjelaskan, terdapat tiga komponen yang membuktikan risiko tapering off ke pasar dalam negeri kemungkinan akan minim. Pertama, cadangan devisa yang terus naik. Kedua, kehadiran modal asing di pasar keuangan domestik mulai turun terlihat dari porsi kepemilikan asing terhadap obligasi pemerintah. Ketiga, kondisi utang Indonesia relatif masih di bawah rata-rata negara lain, bahkan pertumbuhan utang dengan denominasi dolar terus melambat.