Bursa Saham Dunia Hijau, Rupiah Dibuka Menguat Ke Rp 14.374/US$

Abdul Azis Said
9 Februari 2022, 09:47
rupiah, dolar, nilai tukar
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 25 poin ke level Rp 14.374 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan menyusul menguatnya gerak bursa saham dunia seiring membaiknya ekspektasi pasar terhadap prospek ekonomi global.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah ke Rp 14.378 pada pukul 09.15 WIB. Namun angka tersebut belum kembali ke level penutupan kemarin di level Rp 14.399 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat. Yen Jepang menguat 0,14% bersama dolar Taiwan 0,07%, won Korea Selatan dan Peso Filipina yang kompak menguat 0,2% dolar Singapura dan yuan Cina masing-masing 0,05% dan baht Thailand 0,09%. Sebaliknya, rupee India melemah 0,08% bersama ringgit Malaysia 0,01% sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah dapat menguat tipis hari ini di rentang Rp 14.370-Rp 14.420 per dolar AS. Penguatan rupiah dipengaruhi membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko yang ditunjukkan dengan penguatan indeks saham global.

Indeks saham utama Amerika ditutup menguat pada perdagangan semalam. Dow Jones Industrial Average menguat 1,06% bersama Nasdaq Composite sebesar 1,26% dan S&P 500 yang menguat 0,4%. Indeks saham utama Eropa juga diwarnai penguatan. Indeks Dax Jerman menguat 0,23% bersama CAC 40 Perancis 0,27% dan Ibex 35 Spanyol 1,36%, tetapi FTSE 100 Inggris melemah 0,08%.

Indeks saham utama Asia juga bergerak menghijau pagi ini. Nikkei 225 Jepang menguat 0,77% bersama Shanghai SE Composite Cina 0,67%, indeks Hang Seng Hong Kong 1,64%, Kospi Korea Selatan 0,88%, Nifty 50 India 0,31% dan Strait Times Singapura 0,27%.

"Optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi masih mendukung sentimen positif tersebut," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (9/2).

Meski demikian, pergerakan rupiah hari ini bukan tanpa tekanan. Sejumlah risiko eksternal membayangi seperti kenaikan inflasi di sejumlah negara dan berlanjutnya kenaikan harga minyak mentah dunia.

"Rupiah juga masih tertekan oleh ekspektasi kebijakan pengetatan Bank Sentral AS yang makin agresif," kata Ariston.

Seperti diketahui, pasar kini menunggu pertemuan bank sentral AS (The Fed) bulan depan untuk mengumumkan kenaikan pertama bunga acuannya. Kalangan pasar memperkirakan kenaikan 25 basis poin (bps), tetapi beberapa juga meramal bisa lebih agresif dengan kenaikan 50 bps. 

Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), The Fed akan menaikkan bunga acuannya sampai empat kali tahun ini. Namun beberapa proyeksi juga menunjukkan bunga acuan The Fed bisa naik sampai lima kali.

Dari dalam negeri, pergerakan rupiah masih akan dibayangi lonjakan kasus Covid-19. "Kasus naik terus dan berpotensi lebih tinggi dari puncak gelombang kedua di Juli tahun lalu, ini memberi tekanan ke rupiah," kata Ariston.

Pemerintah melaporkan terdapat tambahan 37.492 kasus positif baru pada Selasa (8/8), naik 43,5% dibandingkan sehari sebelumnya. Penambahan kasus ini masih berasal dari DKI Jakarta sebanyak 10.817 kasus baru.

Kendati demikian, sejumlah provinsi di luar Jawa mulai menunjukkan kenaikan kasus. Dari 10 provinsi di wilayah Sumatera, hanya Kepulauan Riau dan Riau yang mencatatkan kenaikan kasus di bawah 100%. Selebihnya bahkan mencatat kenaikan di atas 150%, seperti di Sumatera Barat yang melaporkan lonjakan sampai 682% dalam sehari.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...