Riset: Penerima Kartu Prakerja Lebih Tahan Banting Hadapi Dampak PPKM
Pemerintah telah menyalurkan bantuan program kartu prakerja kepada lebih dari 11,4 juta penerima sejak 2020. Survei terbaru menunjukkan program ini berhasil meminimalisasi dampak ekonomi bagi penerimanya saat pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Juli tahun lalu.
Lembaga riset Presisi Indonesia melakukan survei kepada 2.156 responden yang terdiri atas 50% penerima kartu prakerja dan 50% nonpenerima. Survei dilakukan melalui platform e-survei yang digelar pada 24 September-11 November 2021.
Hasil survei menunjukkan, penerima maupun non-penerima kartu pra kerja mayoritas terdampak oleh PPKM. Sekitar 78% peserta kartu prakerja terdampak dari sisi penurunan pendapatan dan perubahan konsumsi selama pemberlakuan PPKM tahun lalu. Meski persentasenya cukup tinggi, namun jumlah ini lebih sedikit dibandingkan 81% dari non-penerima yang mengaku terdampak PPKM.
"Hal ini mungkin menjadi sinyal bahwa insentif yang diberikan kepada pekerja bisa membuat mereka bertahan hidup selama pandemi ini atau mereka bisa menginvestasikan atau menjadi modal kerja yang akhirnya bisa memberikan penghasilan tambahan dan bertahan selama pandemi," kata Periset Senior Presisi Indonesia Widdi Mugijayani dalam webinar daring, Rabu (9/2).
Mayoritas dari peserta, menurut dia, menggunakan uang yang mereka terima untuk melanjutkan usaha. Dalam riset tersebut, 70% dari penerima program ini memanfaatkan insentif yang diterimanya untuk modal kerja. Seperti diketahui, program ini bukan hanya memberikan pelatihan melainkan dirancang semi-bansos sehingga penerimanya juga menerima bantuan cash.
Temuan lainnya dalam riset ini yakni peserta program prakerja memperoleh manfaat berupa penambahan pendapatan. Partisipasi dalam program kartu prakerja berkorelasi dengan peningkatan upah sebesar 17-21%. Jika rata-rata penghasilan responden merupakan Rp 1,5 juta per bulan, maka penambahan pendapatannya sekitar Rp 255.000-Rp 315.000.
"Dari studi kualitatif kami memang mereka mengalami penurunan pendapatan dari pekerjaan utama, tpi di sisi lain mereka lebih kreatif menemukan bisnis-bisnis atau pekerjaan baru yang bisa menciptakan pendapatan baru sebagai pengganti dari pendapatan yang hilang tersebut," kata Widdi.
Sementara dari sisi gender, riset menunjukkan bahwa peserta perempuan cenderung memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan penerima laki-laki. Koefisien peningkatan kompetensi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, perbandingannya antara 96% dan 54%. Selain itu, perempuan penerima prakerja juga dapat meningkatkan kompetensinya 95% lebih tinggi dibandingkan perempuan yang tidak menerima program ini.
Dengan peningkatan kompetensi tersebut, perempuan peserta program ini juga bisa memperoleh pendapatan lebih tinggi dibandingkan mereka yang non-penerima. Rata-rata upah perempuan peserta Prakerja sebesar Rp 618 ribu, lebih tinggi dibandingkan non-penerima sebesar Rp 517 ribu. Rata-rata jam kerjanya pun lebih panjang yakni perbandingan 37 jam per minggu dan 20 jam.
"Kartu prakerja berkorelasi dengan peningkatan pendapatan perempuan sebesar 33% relatif terhadap perempuan non-penerima," kata Widdi.