Geliat Pemulihan Ekonomi Nasional Akan Semakin Terasa pada 2022

Hanna Farah Vania
Oleh Hanna Farah Vania - Tim Publikasi Katadata
13 April 2022, 09:41
Penjaga stan menyiapkan produk yang akan ditampilkan pada Festival Bangkit Ekonomi Jawa Barat yang diadakan di Pusdai, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/3/2022). Festival yang menampilkan produk unggulan asli Jawa Bara tersebut di gelar dalam rangka pemulih
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Penjaga stan menyiapkan produk yang akan ditampilkan pada Festival Bangkit Ekonomi Jawa Barat yang diadakan di Pusdai, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/3/2022). Festival yang menampilkan produk unggulan asli Jawa Bara tersebut di gelar dalam rangka pemulihan ekonomi nasional saat pandemi COVID-19.

”Adanya sinergitas antara otoritas dan partisipasi masyarakat dalam pengendalian pandemi ikut menjaga stabilitas dan percepatan pemulihan ekonomi,” ujar Febrio.

Pada 2022, Bank DBS menilai bahwa mitigasi pandemi masih diperlukan untuk menjaga prospek pemulihan ekonomi. Apalagi saat ini, penyebaran virus varian Omicron tengah melonjak mengingat sifat virusnya yang semakin mudah menular.

”Namun melihat sifat varian yang tidak terlalu berbahaya, kemungkinan pembatasan mobilitas akan ditinjau secara berkala, dan di sisi lain fasilitas medis sedang ditingkatkan di tengah percepatan vaksinasi,” ujar Radhika Rao.

Di sisi lain, kebijakan mengenai komoditas perdagangan, seperti alokasi yang cukup bagi pemain domestik di industri hilir dapat menguatkan posisi perekonomian di tengah pengaruh pasar gobal. Strategi ini dapat memicu lonjakan perdagangan karena permintaan impor yang lebih tinggi untuk bahan mentah dan barang setengah jadi.

”Hal ini akan membuat neraca transaksi berjalan kembali ke level yang lebih stabil pada tahun ini,” kata Radhika.

Terkait inflasi, Radhika menjelaskan kenaikan harga terjadi pada sejumlah komoditas seperti makanan, makanan, pakaian, utilitas, peralatan rumah tangga, transportasi, dan sektor jasa. Pada umumnya sejumlah komoditas itu harganya melonjak akibat faktor musiman.

Namun ada pula dorongan kenaikan dari penyesuaian harga LPG non-subsidi, sewa rumah, serta aktivitas ekonomi yang kembali normal, kendati nantinya ada perpanjangan harga yang diatur (tarif BBM dan listrik), ujar dia.

Diperkirakan, kenaikan tarif pajak pertambahan nilai, peningkatan permintaan dari berbagai komoditas, dan tekanan impor akan mempengaruhi kenaikan inflasi, yang akan mencapai 3% per tahun.

”Akan dua kemungkinan yang mempengaruhi inflasi di 2022 yakni perubahan kasus COVID-19 reformasi subsidi atau penyesuaian harga,” ujar dia.

Pertama, situasi pandemi yang berdampak pada tren harga. Kedua, adanya dukungan pemerintah melalui intervensi untuk menekan harga domestik, seperti kewajiban memperkuat pasar domestik pada batu bara, minyak sawit, dan komoditas terkait lainnya.

Selain itu, berdasarkan laporan Bank DBS lainnya yang berjudul ”ASEAN-5: Evaluating Key Inflation Drivers”, kondisi eksternal  turut mempengaruhi kenaikan inflasi. Situasi konflik Rusia-Ukraina yang memanas, diprediksi akan mengakibatkan The Fed AS memperketat kebijakan pada tahun ini.

Kondisi ini akan turut mempengaruhi kondisi di regional dan domestik. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat juga dapat mempengaruhi inflasi di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Sejumlah faktor ini akan berpengaruh pada kenaikan harga migas Tanah Air.

Situasi perdagangan dan keuangan global mempengaruhi harga-harga komoditas pasar domestik ini akan memerlukan kebijakan moneter dan keuangan yang akomodatif.  Di sisi lain ruang fiskal juga perlu diperluas untuk meningkatkan penghasilan dari pajak dan sebagai upaya memperbaiki target dan prioritas dukungan fiskal.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...