Ramalan BI soal Ekonomi Tahun Depan Jauh di Bawah Konsensus Pasar
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan melambat menjadi 4,37%. Perkiraan tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan dapat berada di kisaran 5% maupun target dalam APBN 2023 sebesar 5,3%.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut disampaikan BI sebagai asumsi dalam Rencana Anggaran Tahunan BI (RATBI) 2023 yang disampaikan kepada Komisi XI DPR kemarin (22/11). BI melihat pertumbuhan ekonomi tahun depan akan melambat dari perkiraan tahun ini 5,12%. Adapun ekonomi tahun depan masih akan didorong oleh permintaan domestik, yakni konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor yang masih tetap positif meski melambat.
Di balik ramalan perlambatan ekonomi, Gubernur BI Perry Warjiyo mengingatkan perlunya mewaspadai dampak perlambatan ekonomi dunia ke dalam negeri. Bank sentral juga pesimistis dengan pertumbuhan global tahun depan. Perhitungan BI dengan risiko terburuk, ekonomi dunia hanya akan tumbuh 2%. Bank sentral juga melihatb risiko bahkan bukan lagi hanya stagflasi, melainkan sudah bergerak ke resflasi alias resesi dan inflasi tinggi.
Direktur Manajer Kepala Pasar Modal PT Samuel International, induk dari Samuel Sekuritas, Harry Su melihat perkiraan BI cukup konservatif. Perkiraan ini di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 5% pada tahun depan.
"Memang ini saya rasa cukup akan membuat pasar surprise. Pasar melihat bahwa BI lebih cenderung konservatif dibandingkan ekspektasi pasar," kata Harry saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (22/11).
Perkiraan BI tersebut menurut Harry tentu akan mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap prospek ekonomi domestik tahun depan. Pasar akan menantikan rilis data pertumbuhan kuartal empat untuk membuktikan ramalan tersebut dan ancang-ancang kemungkinan sudah mulai terjadi perlambatan pada akhir tahun ini.
Meski demikian Harry melihat perkiraan BI tersebut cukup realistis karena ada sejumlah risiko yang membayangi perekonomian domestik tahun depan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi versi Samuel Sekuritas tidak beda jauh dari BI yakni di kisaran 4%.
Faktor risiko perlambatan ekonomi Indonesia tahun depan karena pelemahan ekonomi dunia akan ikut memukul perekonomian domestik. Selain itu, menurut dia, korporasi kemungkinan mengurangi belanja modalnya seiring 2023 yang sudah memasuki tahun politik. Faktor lainnya, yakni pelemahan nilai tukar yang bisa mendorong imported inflation yang kemudian melemahkan daya beli masyarakat karena harga-harga makin mahal.
Ekonom LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia versi lembaganya bisa mendekati 5% pada tahun depan. Ia menyebut perekonomian memang akan melambat tapi tidak akan signifikan.
Ia menyebut konsumsi rumah tangga masih akan solid sehingga menopang pertumbuhan ekonomi tahun depan. Selain itu, tekanan inflasi memang baik tetapi tidak separah yang dialami negara lain. Karena itu, ia melihat dampak kenaikan inflasi ke perekonomian Indonesia juga tidak separah yang dialami negara lain.
"Konektivitas kita dengan negara lain juga tidak terlalu besar, kalau dilihat keterbukaan perdagangan kita dibandingkan negara lain rasionya lebih rendah, sehingga kemudian dampak rambatan dari global pun bisa diminimalisir," kata Riefky.