Sri Mulyani Peringatkan Ancaman Tiga Krisis Tahun Depan, Apa Saja?
Tantangan perekonomian dunia akan semakin besar pada tahun depan dan dikhawatirkan ikut merembet ke dalam negeri. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan risiko terjadinya tiga krisis pada tahun depan.
"Tiga potensi krisis yang harus diwaspadai pada 2023, yaitu krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan di berbagai negara yang tidak memiliki pondasi kuat," ujarnya usai menghadairi Penyerahan DIPA dan Buku Daftar Alokasi TKD Anggaran 2023 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (1/12).
Krisis energi dan pangan telah menyeret inflasi di banyak negara mencapai level tertingginya. Walhasil, menurut Sri Mulyani, inflasi global ikut melonjak dan mendorong banyak bank sentral mengerek suku bunga Kenaikan suku bunga acuan menjadi instrumen yang populer untuk menekan inflasi dari sisi permintaan.
Bendahara negara ini menjelaskan, kenaikan suku bunga menyebabkan biaya utang menjadi lebih mahal. Di samping itu, fenomena ini mendorong aliran modal keluar di banyak negara berkembang dan emerging market karena investor ramai-ramai beralih ke aset aman seperti dolar AS. Situasi ini juga telah menyebabkan nilai tukar banyak negara melemah, termasuk di Indonesia.
"Risiko ekonomi yang elah berubah dari tadinya ancaman pandemi sekarang menjadi ancaman finansial, yang membutuhkan respons berbeda dan kewaspadaan yang tinggi," kata dia.
Berbagai krisis tersebut dapat memicu gangguan pada perekonomian global yang bisa mengarah kepada stagflasi. Ini merupakan istilah yang menggambarkan situasi ekonomi dunia tumbuh stagnan, di sisi lain inflasi tinggi. Dalam beberapa perkiraan lembaga internasional, mayoritas negara akan melambat tahun depan dengan beberapa diantaranya berisiko jatuh ke jurang resesi.
Masalahnya situasi yang rumit tahun depan bukan hanya berasal dari ekonomi, kelainan nonekonomi. Sri Mulyani menyebut tensi geopolitik juga masih perlu menjadi perhatian ke depannya.
Adapun pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan 5,3%, sedikit diatas target tahun ini 5,2%. Dalam keterangan terpisah, Sri Mulyani mengatakan pemerintah sampai saat ini masih berpatokan pada target tersebut. Meski demikian ia tidak menampik bahwa risiko tahun depan cukup besar.
"Memang kata-kata waspada itu menunjukkan bahwa downside risknya tahun depan muncul sangat kuat," ujarnya ditemui di kantor Kementerian Keuangan pekan lalu.