Rupiah Menguat Pagi Ini Terdongkrak Data Anjloknya PMI Manufaktur AS
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 22 poin ke level Rp 14.949 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah menguat ditopang rilis data PMI Manufaktur AS bulan Maret yang anjlok ke level terendah dalam hampir tiga tahun terakhir.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak ke arah Rp 14.925 pada pukul 09.50 WIB atau menguat 0,31% dibandingkan penutupan kemarin.
Mata uang Asia lainnya juga menguat terhadap dolar AS. Won Korea Selatan menguat 0,62% bersama peso Filipina 0,18%, ringgit Malaysia 0,23% dan dolar Hong Kong 0,01%. Sebaliknya, baht Thailand melemah 0,18%, bersama yuan Cina 0,1%, rupee India 0,19%, dolar Taiwan 0,11%, dolar Singapura 0,06% dan yen Jepang 0,23%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendr memperkirakan rupiah akan kembali menguat hari ini setelah data manufaktur AS yang amblas. Rupiah kemungkinan menguat ke arah Fp 14.930-Rp 14.900, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.000 per dolar AS.
Data ISM PMI Manufaktur AS semalam untuk periode Maret kembali turun ke level 46,3 poin. Indeks PMI itu merupakan level terendah sejak Mei 2020, dan terendah sejak pertengahan 2009 jika tidak memperhitungkan periode Covid-19.
Indeks di bawah 50 berarti manufaktur di AS masih kontraksi. Realisasi Maret ini merupakan kontraksi selama lima bulan beruntun dan di bawah perkiraan pasar yang disurvei Reuters sebesar 47,5 poin.
"Hasil yang kurang bagus ini memicu ekspektasi pasar bahwa The Fed kemungkinan akan menahan suku bunga AS dan mungkin mengakhiri kenaikannya dalam waktu dekat sehingga dolar AS bergerak melemah," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Selasa (4/4).
Selain itu, Ariston melihat sentimen positif datang dari dalam negri dengan daya inflasi bulan Maret yang stabil dan cenderung turun. Inflasi yang menurun itu bisa meningkatkan keyakinan pasar terhadap perekonomian Indonesia dan membantu penguatan rupiah.
Inflasi Maret secara tahunan sebesar 4,97%, jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya masih di 5,47%. Realisasi ini juga menandai inflasi di bawah 5% untuk pertama kalinya setelah enam bulan beruntun inflasi di atas 5% karena kenaikan harga BBM pada September lalu.
Analis DCFX Lukman Leong juga melihat sentimen yang sama, yakni kontraksi lebih dalam pada manufaktur AS mendorong ekspektasi bahwa The Fed tak lagi menaikkan suku bunga. Hal ini mendorong rupiah bisa menguat hari ini dan bergerak di rentang Rp 14.850-Rp 15.000 per dolar AS.