ADB Luncurkan Fasilitas Pinjaman Perubahan Iklim hingga US$ 15 Miliar

Rezza Aji Pratama
2 Mei 2023, 16:53
Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa menyampaikan paparannya dalam Sesi Pleno Kelima B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (13/11/2022).
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/wsj.
Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa menyampaikan paparannya dalam Sesi Pleno Kelima B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (13/11/2022).

Asian Development Bank (ADB) merancang fasilitas pinjaman baru untuk memobilisasi dana perubahan iklim hingga US$ 15 miliar.

Presiden ADB Masatsugu Asakawa mengatakan fasilitas yang disebut Innovative Finance Facility for Climate in Asia and the Pacific (IF-CAP) ini diluncurkan dalam pertemuan rutin tahunan ADB di Incheon, Korea. 

“Perubahan iklim merupakan isu kritis yang saat ini. Kawasan Asia Pasifik berada di garda terdepan dalam pertemuan melawan perubahan iklim,” kata Asakawa dalam keterangan resmi, Selasa (2/5).

Keunikan fasilitas ini, ADB berkolaborasi dengan negara donor untuk memberikan jaminan pinjaman kepada debitur. Dengan demikian, para donor ini akan menanggung sebagian kerugian jika terjadi gagal bayar oleh negara peminjam. 

Asakawa mengatakan hal tersebut akan mengurangi modal ditahan ADB untuk risiko kredit. Hasilnya, dana yang tersedia untuk mendanai proyek iklim akan lebih besar. Asakawa menuturkan berbagai simulasi menunjukkan bahwa untuk setiap US$ yang dijamin akan menghasilkan hingga US$5 pinjaman iklim.

Saat ini, ADB telah menggandeng Denmark, Jepang, Korea Selatan, Swedia, Inggris Raya, dan Amerika Serikat sebagai mitra donor. Selain itu, ADB juga sedang berdiskusi dengan donor potensial lainnya seperti Italia. Asakawa mengatakan program IF-CAP ini merupakan bagian dari ambisi ADB untuk memobilisasi dana iklim hingga US$ 100 miliar sampai 2030. 

Proyek-proyek yang didukung F-CAP akan fokus pada upaya mitigasi pengurangan emisi gas rumah kaca dan adaptasi yang berfokus pada pembangunan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. Investasi ini dapat mencakup berbagai sektor, seperti transportasi, energi, perkotaan, dan pertanian. Sebaliknya, pembiayaan IF-CAP tidak akan bisa dipakai untuk membangun pembangkit berbahan bakar fosil. 

Sebelumnya, ADB dan Pemerintah Indonesia sudah menekan kesepahaman untuk mengimplementasikan inisiatif Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform. Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan implementasi program tersebut akan mulai berjalan pada tahun ini. Mekanisme pembiayaan ini  diluncurkan pemerintah, antara lain untuk mempensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU. 

Pembicaran terkait ETM ini sudah dimulai sejak akhir 2021 lewat kerja sama dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang diluncurkan dalam acara COP26 di Glasgow. ETM diluncurkan dalam rangka mendukung target menuju emisi nol bersih alias net zero emission. Adapun ADB juga meluncurkan program kerja sama serupa dengan Filipina.   

Skema ETM ini terbagi menjadi dua. Pertama, skema untuk pensiun dini PLTU batu bara, kedua, skema pembangunan fasilitas energi hijau. ETM ini akan didanai melalui bentuk pembiayaan campuran alias blended finance.  Pembiayaannya akan berasal dari berbagai sumber mulai dari lembaga pemerintah, bank pembangunan, bank komersial perusahaan asuransi hingga lembaga filantropi. Pembiayaan itu akan masuk dan dikelola oleh country platform, PT SMI.

Reporter: Rezza Aji Pratama

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...