Rupiah Melemah Paling Dalam di Asia Hari Ini, Berikut Penyebabnya
Rupiah ditutup melemah 0,41% ke level Rp 14.930 per dolar AS di pasar spot sore ini. Ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan telah meluas dan membebani beberapa mata uang Asia hari ini.
Kurs garuda jatuh paling dalam di antara mata uang regional lainnya. Rupee India melemah 0,19%, disusul ringgit Malaysia 0,17%, baht Thailand 0,09%. Namun, mayoritas mata uang Asia lain sebetulnya masih menguat. Yen Jepang menguat 0,38%, won Korea Selatan 0,56%, dolar Taiwan 0,44% hingga dolar Hong Kong 0,18%.
Analis PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, kekhawatiran pasar soal risiko gagal bayar utang AS mulai mereda. Oleh karena itu, perhatian pasar kini tertuju terhadap arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Fed yang tampaknya masih membuka peluang kenaikan lebih lanjut.
Ekspektasi kenaikan lebih lanjut itu dikonfirmasi oleh data klaim pengangguran AS pekan lalu yang menurun, mengindikasikan pasar tenaga kerja AS masih ketat. Ibrahim juga menyebut data inflasi beberapa waktu terakhir juga masih "kaku".
"Inflasi tidak cukup cepat mendingin untuk memungkinkan bank sentral menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada bulan Juni, memicu penantian pasar terhadap pidato Gubernur The Fed Jerome Powell Jumat malam," kata Ibrahim dalam catatannya sore ini, Jumat (19/5).
Powell bersama mantan Gubernur The Fed Ben Bernanke dijadwalkan hadir dalam diskusi di Thomas Laubach Research Conference, Washington, D.C Amerika Serikat malam ini.
Berdasarkan pemantauan CME Group FedWatch Tool, yang mengukur ekspektasi pasar terhadap suku bunga The Fed, probabilitas suku bunga tidak naik cukup besar yakni 62,2%. Namun ekspektasi bahwa bunga masih akan naik telah meningkat belakangan ini, dari pekan lalu probabilitasnya hanya 16% menjadi 38% pada saat ini.
Rupiah diperkirakan masih akan melemah pada awal pekan depan di rentang Rp 14.910-Rp 15.000 per dolar AS, namun tetap akan dibuka fluktuatif.