Rupiah Melemah Pagi Ini di Tengah Penguatan Mayoritas Mata Uang Asia

Abdul Azis Said
4 Juli 2023, 09:47
Warga menunjukan uang hasil penukaran di mobil kas keliling Bank Indonesia di Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (21/3/2023). Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara meluncurkan kegiatan Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) 2023
ANTARA FOTO/Andri Saputra/aww.
Warga menunjukan uang hasil penukaran di mobil kas keliling Bank Indonesia di Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (21/3/2023). Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara meluncurkan kegiatan Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) 2023  yang berlangsung pada 21 Maret hingga 20 April 2023 dengan menyediakan uang tunai sebesar Rp867 miliar tersebut untuk memberi kemudahan bagi masyarakat dalam menukarkan uang baru.

Rupiah dibuka melemah 17 poin ke level Rp 15.047 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Namun kontraksi lebih lanjut pada kinerja manufaktur AS diharap bisa membantu penguatan rupiah pada perdagangan hari ini.

 Mengutip Bloomberg, rupiah menguat dari posisi pembukaan ke arah Rp 15.039 per dolar AS pada pukul 09.25 WIB, tetapi masih melemah 0,06% dari penutupan kemarin sore.

 Mayoritas mata uang Asia lainnya menguat kecuali rupiah dan baht Thailand. Won Korsel bahkan menikmati apresiasi 0,53% pagi ini, demikian juga rupee India menguat 0,1%, yuan Cina dan yen Jepang masing-masing 0,06%.

 Rupiah diramal menguat hari ini setelah data kinerja pabrik-pabrik di AS menunjukkan penurunan cukup dalam bulan lalu. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan menguat ke arah Rp 15.000 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.080 per dolar AS.

 Data PMI Manufaktur AS bulan Juni yang dirilis pagi ini menunjukkan penurunan lebih lanjut, dari 46,9 pada Mei menjadi 46 pada bulan lalu. Kinerja ini menyentuh rekor terendahnya dalam tiga tahun terakhir. Indeks di bawah 50 mengindikasikan kinerja manufaktur sedang mengalami kontraksi.

Prediksi Suku Bunga The Fed

Ariston mengatakan, sinyal pelemahan manufaktur AS itu akan menyebabkan pelemahan pada dolar AS. "Di sisi lain, pelaku pasar kelihatannya masih membutuhkan tambahan data untuk mengkonfirmasi bahwa Bank Sentral AS, The Fed, akan melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Selasa (4/7).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...