Rupiah Diprediksi Melemah karena Sentimen Negatif dari AS dan Cina
Rupiah menguat tipis 0,03% ke level 15.214 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Rabu (9/8). Namun, analis melihat peluang pembalikan menjadi melemah karena sentimen negatif dari Cina dan Amerika Serikat.
Beberapa mata uang Asia lainnya yang juga menguat antara lain, yen Jepang 0,05%, yuan Cina 0,07%, ringgit Malaysia 0,03% dan baht Thailand 0,14%. Sebaliknya, beberapa lainnya melemah seperti won Korea Selatan 0,30%, peso Filipina dan dolar Taiwan 0,12%, rupee India 0,1% dan dolar Hong Kong 0,02%. Sedangkan nilai tukar dolar Singapura stagnan.
Rupiah berpotensi tertekan lagi hari ini karena sentimen negatif dari Cina dan Amerika Serikat. Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan kurs garuda melemah ke arah 15.250, dengan potensi support di kisaran 15.180 per dolar AS.
Ariston menyebut data perdagangan Cina yang lebih buruk dari perkiraan memberi sentimen negatif bagi rupiah hari ini. Ekspor dan impor Cina bulan lalu turun lebih dalam dari perkiraan pasar. Namun surplus dagangnya meningkat karena penurunan impor lebih cepat dibandingkan ekspornya.
Pelemahan ekspor-impor itu memberi sinyal tambahan bahwa ekonomi terbesar kedua dunia itu tengah lesu.
Namun, Ariston menyebut deflasi 0,3% secara tahunan pada harga konsumen Cina bulan Juli bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah hari ini. Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar turun 0,4% namun menurun dari bulan sebelumnya yang masih flat.
Ariston mengatakan, pasar juga masih menunggu data inflasi konsumen AS yang akan dirilis besok malam. "Data ini bisa mengubah persepsi pasar mengenai kebijakan moneter AS selanjutnya yang tentunya mempengaruhi pergerakan nilai tukar terhadap dolar AS," kata Ariston dalam catatannya pagi ini.
Analis pasar uang Lukman Leong mengatakn rupiah akan tertekan setelah lembaga pemeringkatan Moody's memangkas peringkat utang sejumlah perbankan di AS. Lembaga itu bahkan dalam kajian untuk memangkas rating beberapa raksasa bank AS, termasuk Bank of New York Mellon.
Sementara, data inflasi di Cina menurutnya telah memberi gambaran yang beragam. Karena itu, ia memperkirakan kurs garuda akan melemah dengan bergerak di rentang 15.150-15.250 per dolar AS.
Menurut Forbes Advisor, rupiah merupakan salah satu mata uang dengan di dunia pada awal Juli 2023. Forbes Advisor mengukur kekuatan mata uang negara-negara berdasarkan nilai tukarnya terhadap dolar Amerika Serikat (USD).