Surplus Neraca Perdagangan Juli Makin Tipis, di Bawah Ekspektasi Pasar
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang sebesar US$ 1,31 miliar pada bulan lalu, terendah kedua tahun ini setelah surplus pada Mei yang tak mencapai setengah miliar dolar AS. Capaian ini jauh di bawah ekspektasi pasar, seiring kenaikan impor yang lebih cepat dibandingkan impor.
"Surplus tersebut memperpanjang catatan surplus selama 39 bulan berturut-turut. Mmun demikian, surplus neraca perdagangan Juli tahun ini lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Selasa (15/8).
Meski memperpanjang periode surplus, surplus bulan lalu jauh lebih rendah dari eksektasi pasar yang mencapai US$ 2,53 miliar seperti dikutip dari Investing.com. Realisasi ini juga lebih rendah dibandingkan surplus Juni 2023 yang mencapai US$ 3,46 miliar.
Surplus dagang yang menipis disebabkan kenaikan impor secara bulanan yang lebih cepat dibandingkan kenaikan ekspor. Nilai ekspor bulan lalu sebesar US$ 20,88 miliar, naik tipis 1,4% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi anjlok 18% dibandingkan Juli 2023.
Kenaikan tipis ekspor secara bulanan terutama pada ekspor nonmigas sebesar 1,6% sementara ekspor migas menyusut. Kenaikan ekspor nonmigas terutama terjadi komoditas besi dan baja, nikel dan barang daripadanya serta produk kimia.
Di sisi lain, nilai impor Indonesia bulan lalu sebesar US$ 19,57 miliar, naik 14,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut baik untuk barang migas maupun non migas.
Impor migas Indonesia melonjak 40,9% dikarenakan lonjakan pada impor minyak mentah. Sementara itu, peningkatan pada impor non migas terurtama karena kenaikan impor produk mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanis serta impor kendaraan dan bagiannya.
Realisasi surplus neraca dagang Juli itu juga jauh di bawah ekspektasi beberapa ekonom yang dihubungi Katadata.co.id. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca dagang sebesar US$ 2,66 miliar. Ekspor diperkirakan turun 20,5% dibandingkan tahun lalu, lebih dalam dari penurunan impor 17,3%.
"Penurunan surplus perdagangan bulan Juli 2023 dipengaruhi oleh penurunan ekspor secara bulanan di tengah potensi penurunan volume ekspor yang terindikasi dari penurunan kinerja aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Eurozone, Cina dan India," tulis Josua dalam risetnya.
Riset BNI Sekuritas dan Bank Mandiri juga memperkirakan surplus dagang masih akan di atas US$ 2 miliar meski akan lebih rendah dari Juni. Perkiraan BNI Sekuritas surplus dagang sebesar US$ 2,74 miliar, sedangkan perkiraan Bank Mandiri adalah sebesar US$ 2,3 miliar.