Kemenkeu: Kebijakan WFH Jakarta Tidak akan Bikin Ekonomi Lesu

Abdul Azis Said
23 Agustus 2023, 18:16
WFH, kebijakan WFH Jakarta, ekonomi lesu
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym.
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memulai penerapan kerja dari rumah atau work from home (WFH) sebesar 50% mulai Senin (21/8), sebagai salah satu cara memperbaiki kualitas udara Jakarta. Kementerian Keuangan memastikan kebijakan yang berlaku hingga 21 Oktober 2023 tidak akan signifikan mengganggu ekonomi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio N.Kacaribu memastikan kebijakan WFH yang berlaku di Jakarta tak akan menyebabman ekonomi kembali melemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat setelah terkontraksi pada 2020 akibat pandemi Covid-19, yakni mencapai 3,7% pada 2021 dan 5,3% pada 2022. 

“Enggak, terbukti waktu 2021. Pada 2022, ekonomi kita jalan sangat baik walaupun mayoritas dari kita malah kerja dari rumah dan konsumsi cukup tinggi jadi kita akan cukup aman,” ujar Febrio kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/8).

Berdasarkan penelitian National Bureau of Economic Research (NBER) yang terbit pada Juli 2022, WFH telah menahan pertumbuhan upah, salah satu pembentuk pertumbuhan ekonomi. Barrero dkk juga menemukan WFH dapat menekan pertumbuhan upah sebesar 2% pada 2021 hingga 2023 di Amerika Serikat (AS). Alasan utamanya adalah banyak pekerja yang rela mendapat gaji lebih rendah selama dapat bekerja dari rumah.

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023 tercatat mencapai 5,17% secara tahunan, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 5,03%. Capaian ekonomi kuartal II 2023 lebih tinggi dibandingkan ekspektasi para ekonomi berkat kenaikan konsumsi rumah tangga seiring momentum libur panjang dan Lebaran.

Beberapa ekonom dan pemerintah pun optimistis perekonomian di semester kedua tahun ini bisa tetap tumbuh positif dengan dorongan konsumsi jelang Pemilu. BPS menyebut perekonomian Indonesia konsisten tumbuh di atas 5% selama tujuh kuartal terakhir. Konsumsi rumah tangga dan investasi pada kuartal kedua ini tumbuh lebih kuat dibandingkan kuartal sebelumnya, mengkompensasi penurunan ekspor.

"Di semester kedua, biasanya di kuartal tiga, kami masih bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu syaratnya, kami genjot belanja pemerintah," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (7/8).

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyebut, tren positif permintaan domestik berpeluang masih berlanjut di paruh kedua tahun ini. Pendorong utamanya, berasal dari  peningkatan belanja kegiatan kampanye Pemilu 2024. Selain itu, belanja pemerintah juga cenderung meningkat menjelang akhir tahun.

Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...