BI Guyur Insentif ke Sektor Properti, KPR Mulai Tumbuh Kencang
Bank Indonesia (BI) mencatat, kredit penyaluran rumah atau KPR mulai tumbuh kencang pada Agustus 2023. Pertumbuhan KPR sejalan dengan tambahan insentif yang diberikan BI kepada bank yang rajin menyalurkan kredit ke sektor prioritas, termasuk properti.
Deputi Gubernur BI Destry Damayanti mengatakan, properti menjadi salah satu sektor yang tumbuh lebih awal saat ekonomi pulih. Sektor ini juga memiliki efek ganda yang besar terhadap sektor lainnya.
“Kami melihat sektor properti masih punya ruang tumbuh besar, sehingga kami memberikan insentif,” ujar Destry dalam acara Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (4/10).
BI memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS)/Unit Usaha Syariah (UUS) yang akan berlaku sejak 1 Oktober 2023. Insentif diberikan dalam bentuk pengurangan rasio giro dalam rupiah yang wajib disetor perbankan ke BI. Total insentif pengurangan rasio GWM paling besar 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%.
Adapun dengan insentif tersebut, bank mendapatkan tambahan likuiditas mencapai Rp 155 triliun.
Destry menjelaskan, pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia saat ini pun mulai mengalami ekspansi. Penyaluran KPR tumbuh 10% secara tahunan atau year on year (yoy) pada Agustus 2023, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan KPR akhir tahun 2022 yang sebesar 8,17%.
Menurut Destry, pertumbuhan KPR antara lain didorong oleh permintaan masyarakat kelompok gen Y dan gen Z. Rata-rata dari kelompok masyarakat tersebut mengambil rumah tipe 21 hingga 70 dengan harga di kisaran Rp 500 juta.
“Peluang sektor perumahan untuk tumbuh ini akan makin besar. Kira mesti melihat perilaku dari anak muda sekarang,” kata Destry.