Importir Masih Ogah Impor Gula Meski Harga Terus Naik, Ini Penyebabnya
Asosiasi Gula Indonesia atau AGI menyebut, banyak importir belum melaksanakan penugasan impor gula meski rata-rata harga komoditas ini terus naik mencapai Rp 15.700 per kg. Penyebab utamanya adalah harga eceran tertinggi yang masih dipatok Rp 14.500 per kg meski harga gula internasional sudah melesat 38% sepanjang tahun ini mencapai US$ 0,58 atau Rp 9.195 per kg.
Sekretaris Jenderal AGI Aris Toharisman mengatakan penyesuaian kemungkinan harga eceran tertinggi baru akan dilakukan pemerintah setelah proses diskusi dengan para pengusaha. Menurutnya, importir gula selama kesulitan untuk melakukan penugasan impor gula tanpa menaikkan harga jual di dalam negeri.
"Belum tahu naiknya HET gula ke berapa, tapi ada penyesuaian karena kondisi gula di pasar dunia harganya mahal. Kalau menggunakan harga acuan lama, untuk mengimpor agak kesulitan," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (25/10).
Aris menjelaskan, minimnya realisasi impor gula pada Januari-Agustus 2023 bukan hanya disebabkan harga internasional. Menurutnya, hal tersebut disebabkan minimnya volume gula ekspor dari India dan Thailand.
Badan Pusat Statistik mendata kedua negara tersebut berkontribusi hingga 62,6% dari total impor gula pada 2022 yang mencapai 6 juta ton. Volume impor gula dari India mencapai 1,61 juta ton, sedangkan dari Thailand mencapai 2,41 juta ton.
Berdasarkan data BPS, total impor gula pada Januari-Agustus 2023 mencapai 3,5 juta ton. Mayoritas berasal dari Thailand, yakni mencapai 2,1 juta ton atau berkontribusi 60,63% dari total impor gula nasional.
Negara asal impor gula terbesar berikutnya adalah Australia dengan volume 551 ribu ton (15,89%), diikuti Brasil 500 ribu ton (14,43%), dan India 308 ribu ton (8,90%).
Aris mengatakan spesifikasi gula impor yang dikirim ke dalam negeri berbeda dari jenis yang umum diproduksi di India dan Thailand, yakni Gula Kristal Putih atau GKP. Aris menyampaikan India dan Thailand umumnya memproduksi dua jenis gula, yakni gula mentah dan gula rafinasi.
"Gula untuk spesifikasi ini harus pesan khusus, jad perlu waktu," ujarnya.
Harga Gula Domestik
Aris mengataka, alasan terakhir importir gula tidak memaksimalkan impor gula pada Januari-Agustus 2023 adalah menjaga inflasi dari gula konsumsi. Aris berpendapat realisasi gula konsumsi yang optimal justru dapat meningkatkan harga gula di pasar lokal.
Bapanas mendata, harga gula konsumsi telah mencapai Rp 15.700 per kg hari ini, Selasa (24/10). Angka tersebut naik 10,33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai RP 14.230 per kg.
Harga gula tertinggi pada hari ini, Selasa (24/10), dapat ditemukan di Papua atau mencapai Rp 19.380 per kg. Sementara itu, harga gula terendah ada di Jawa Timur, yakni senilai 14.800 per kg.
Aris mencatat, rata-rata harga gula internasional pada secara tahun berjalan mencapai Rp 7.000 per kg. Angka tersebut akan mencapai Rp 14.000 per kg saat tiba di dalam negeri.
"Kami ingin juga menjaga stabilitas harga. Kalau harga gula internasional tersebut direalisasikan, bukan membantu menekan harga, tapi bisa meningkatkan harga di pasar domestik," katanya.