BPS: Aksi Boikot Israel Berdampak Kecil Terhadap Perdagangan RI
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut aksi boikot produk-produk terkait Israel belum berdampak signifikan terhadap perdagangan internasional Indonesia. Sebab, kontribusi impor dari dua negara yang berkonflik yaitu Palestina dan Israel masih kecil.
"Secara umum kondisi politik dua negara tersebut tidak seignifikan berpengaruh terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Jakarta, Jumat (15/12).
Puji menyebut, volume impor Indonesia dari Palestina dari Januari sampai Oktober 2023 sebesar 0,000%. Sementara pada periode yang sama, impor non migas dari Israel hanya 0,0110%.
"Jadi [dampak bagi perdagangan Indonesia] kecil sekali," ujar Puji.
Sebagai informasi, aksi boikot terhadap produk yang mendukung atau berafiliasi dengan Isarel marak terjadi beberapa bulan terakhir. Aksi boikot tersebut sebagai bentuk dukungan warga Indonesia terhadap nasib dan perjuangan Palestina.
Impor Indonesia Melambat
Adapun nilai impor Indonesia mencapai US$ 19,59 miliar pada November 2023, atau naik 4,89% dibandingkan Oktober 2023. Secara tahunan, impor Indonesia juga melambat dengan naik tipis 3,29% yoy.
Puji bilang, kenaikan impor karena ditopang peningkatan impor minyak dan gas (migas), serta non migas.
"Impor migas senilai US$ 3,49 miliar atau naik 8,79% secara bulanan. Sementara impor migas senilai US$ 16,10 miliar atau naik 4,08% secara bulanan," ujarnya.
Untuk impor migas, kata Puji, didorong oleh peningkatan komoditas minyak mentah sebesar 9,39% secara bulanan. Kemudian impor hasil minyak sebesar 10,77% secara bulanan, diikuti impor gas 11,55% secara bulanan.
Sedangkan impor non migas didorong peningkatan impor besi dan baja senilai US$ 987,7 juta meningkat 16,34% secara bulanan pada November 2023. Kemudian disusul impor ampas dan sisa industri makanan sebesar US$ 364,0 juta, atau naik 31,98% secara bulanan.
3 Negara Importir Terbesar ke RI
Adapun tiga negara pemasok barang impor non migas terbesar Indonesia adalah Cina, Jepang dan Thailand. Nilai impor Cina mencapai US$ 56,74 miliar, naik 6,55% secara bulanan. Dengan pangsa pasar negara ini sebesar 35,43%.
"Komoditas utama yang menyumbang impor dari Tiongkok bulan ini adalah peralatan mekanis dan bagiannya. Kemudian sayuran dan perabotan, lampu atau alat penerangan," kata dia.
Selanjutnya, impor non migas dari Jepang mencapai US$ 1,28 miliar, atau turun 17,92%. Dengan pangsa Jepang sebesar 7,95%, dan komuditas utamanya adalah kapal, perahu, struktur terapung, kendaraan dan bagiannya, besi serta baja.
Berikutnya impor non migas dari Thailand sebesar US$ 0,811 miliar, atau turun 3,45%. Dengan pangsa pasar Thailand sebesar 5,04%, dan komoditas utamanya adalah plastik, bahan plastik. Kemudian mesin atau peralatan elektrik dan juga buah-buahan.
"Dari impor negara tersebut, impor dari negara Tiongkok yang nilainya mengalami peningkatan secara bulanan. Sementara nilai impor dari Jepang dan Thailand mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan," ujar Puji.