Jepang Hadapi Resesi, Sri Mulyani Kaji Ulang Penerbitan Samurai Bond
Kementeriang Keuangan di bawah Sri Mulyani belum bisa memastikan kelanjutan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi yen atau Samurai Bond pada tahun ini karena Jepang sedang dilanda resesi.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan, pemerintah akan terus mencermati penerbitan surat utang dengan melihat situasi perekonomian global dan domestik.
“Sehingga dalam konteks size, timing penerbitan, instrumen, demikian juga currency mix nya, kita betul-betul menyesuaikan dengan perkembangan,” ujar Suminto saat konferensi pers APB Kita, Kamis (22/2).
Suminto kembali menekankan, bahwa sebelum merealisasikan penerbitan Samurai Bond pada tahun ini, pemerintah akan mencermati perekonomian Jepang terlebih dahulu.
“Salah satu prinsip penerbitan kita adalah, untuk menemukan penerbitan dengan cost of fund minimal, atau yang terbaik dengan risiko yang acceptable. Dalam hal ini, kita akan melihat kebutuhan dan perkembangan perekonomian dan pasar keuangan di Jepang sendiri,” ujarnya.
Resesi Jepang Dipicu Pelemahan Ekonomi Domestik
Jepang tergelincir ke dalam jurang resesi karena secara tak terduga ekonomi menyusut selama dua kuartal berturut-turut. Hal itu dipicu oleh melemahnya permintaan domestik, sehingga meningkatkan ketidakpastian mengenai rencana bank sentral, Bank of Japan, untuk keluar dari kebijakan ultra-longgarnya pada tahun ini.
Kinerja yang sangat lemah ini membuat Jepang kehilangan predikatnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-3 di dunia dan digantikan oleh Jerman.
PDB Jepang anjlok 0,4% yoy pada periode Oktober-Desember 2023. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Jepang bahkan telah merosot 3,3%. Angka PDB pada kuartal IV 2023 masih jauh di bawah perkiraan median pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,4%.
Biasanya, kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut disebut sebagai resesi teknis. Kemungkinan data pelemahan ekonomi ini menimbulkan keraguan terhadap proyeksi Bank of Japan terkait kenaikan upah akan mendukung konsumsi, dan menghentikan stimulus moneter besar-besaran secara bertahap.
Kepala Ekonom Credit Agricole Takuji Aida mengatakan, ada risiko ekonomi akan menyusut kembali pada Januari-Maret 2024, karena melambatnya pertumbuhan global, lemahnya permintaan domestik dan dampak gempa tahun baru di Jepang bagian barat.
"Bank Sentral Jepang mungkin terpaksa menurunkan tajam perkiraan PDB untuk tahun 2023 dan 2024," kata Takuji dilansir dari Reuters, Jumat (16/2).
Penerbitan Blue Bond Pertama di RI
Sebelumnya, Kementerian Keuangan menerbitkan empat jenis surat utang negara dalam denominasi yen Jepang bernama Samurai Bond. Sebanyak dua dari empat jenis SUN yang diterbitkan, ada obligasi biru alias blue bonds. Indonesia menjadi negara pertama yang menerbitkan obligasi tersebut.
"Penerbitan Blue Bonds akan melengkapi portofolio pembiayaan APBN,” kata Suminto, Jumat (19/5/23).
Dana hasil penerbitan blue bonds bakal dipakai untuk mendanai proyek yang masuk kualifikasi pengeluaran yang bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs). Sektor yang memenuhi syarat ini akan diseleksi melalui mekanisme climate budget tagging untuk mendanai belanja SDGs yang memenuhi syarat.