Rupiah Terperosok Rp 16.272 per Dolar AS, Tertekan Sentimen The Fed
Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan sebesar 0,60% ke level 16.272 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/4). Sejumlah analis pun memperkirakan pelemahan akan berlanjut pada hari ini.
Analis Pasar Uang Lukman Leong memperkirakan, rupiah akan kembali melemah terhadap dolar AS. Salah satunya karena dipengaruhi kebijakan bank sentral AS, The Fed yang masih akan mempertahankan suku bunga demi menjaga inflasi.
“Hal ini terjadi setelah dolar AS yang melanjutkan penguatan, setelah pernyataan hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Rabu (17/4).
Dengan kondisi itu, Lukman memperkirakan, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.100 - Rp 16.300 per dolar AS. Artinya, rupiah masih melanjutkan tren pelemahan terhadap dolar AS.
Sementara itu, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai, indeks dolar AS pada pagi ini terlihat masih di level tinggi di atas kisaran 106
Dia bilang, pelemahan rupiah terjadi karena konflik Timur Tengah yang memanas dan juga pernyataan Powell yang akan menunda penurunan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
"Iflasi AS masih belum terlihat kemajuan berarti untuk turun ke target 2%. Pasar bisa menyimpulkan bahwa the Fed bakal menunda kebijakan pemangkasan suku bunga,” ujar Ariston.
Oleh karena itu, Ariston menilai tekanan dolar AS terhadap rupiah masih berlanjut pada hari ini. Potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.200 - Rp 16.250 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 16.100 per dolar AS.
Penurun Suku Bunga The Fed Bergantung pada Inflasi AS
Melansir Reuters, para pejabat tinggi bank sentral AS termasuk Jerome Powell tidak memberikan petunjuk apa pun terkait rencana kapan suku bunga akan turun.
Sejak awal tahun ini, The Fed mengatakan, penurunan suku bunga bergantung target inflasi sebesar 2% pada 2024. Namun dengan kondisi beberapa bulan terakhir, tekanan harga mungkin akan bergerak ke arah yang berlawanan.
Sementara itu, mata uang Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Melansir Bloomberg, baht Thailand melemah 0,01%, yuan Cina melemah 0,02%, peso Filipina melemah 0,29%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%. Sebaliknya, mata uang ringgit Malaysia justru menguat 0,06%, dolar Singapura menguat 0,09% dan yen Jepang juga menguat 0,03%.