Harga Emas Kompak Turun, Diprediksi akan Meroket pada 2025

Dini Pramita
4 Mei 2024, 14:17
Ilustrasi emas batangan PT Aneka Tambang di butik Gedung Ravindo, Jakarta (14/10/2019). Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk pada Senin (14/10/2019) berada di angka Rp 754.000 per gram.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi emas batanga.n PT Aneka Tambang di butik Gedung Ravindo, Jakarta (14/10/2019).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) per Sabtu (4/5/2024) terpantau turun Rp 5 ribu per gram, dari posisi Rp 1.318.000 pada Jumat, menjadi Rp 1.313.000,00. Sedangkan harga jual kembali (buyback) terpantau sebesar Rp 1.206.000 per gram.

Mengutip situs web resmi Pegadaian, penurunan juga terjadi pada harga emas batangan UBS. Harga emas batangan UBS berat 1 gram berada di posisi Rp 1.305.000,00 dari sebelumnya Rp 1.323.000 per Sabtu (4/5/2024). Sementara emas UBS 0,5 gram berada di harga Rp 696.000.

Di Galeri-24, emas 1 gram dibanderol seharga Rp 1.307.000 dan emas 0,5 gram dibanderol seharga Rp 705.000. Sedangkan harga jual kembali (buyback) emas 1 gram berada di angka Rp Rp1.216.000 dan harga buyback emas 0,5 gram sebesar Rp 608.000.

Harga emas terpantau kompak turun mengikuti harga emas dunia yang melemah. Mengutip Reuters, harga emas pada perdagangan Jumat (3/5/2024) berada di posisi US$ 2.302,52 per troy ons. Pada Sabtu, harga emas berada di posisi US$ 2.301 per troy ons.

Meskipun harga emas terpantau melemah, permintaan emas di Asia ikut melemah, terutama di negara konsumen utamanya, India dan Cina. Mengutip Reuters, fenomena lemahnya permintaan emas di India disebabkan pembeli yang cenderung menunggu penurunan harga lebih besar.

Di India, konsumen emas terbesar kedua di dunia dan importir utama, harga emas di dalam negeri turun menjadi sekitar 70.500 rupee per 10 gram pada minggu ini, setelah mencapai rekor tertinggi sebesar 73.958 rupee pada bulan lalu. "Pembeli memilih jeda. Mereka berpikir harga bisa turun tajam, mengingat kenaikan harga yang besar dalam dua bulan terakhir,” kata Ashok Jain, pemilik pedagang grosir emas Chenaji Narsinghji yang berbasis di Mumbai, mengutip Reuters, Sabtu (4/5/2024).

Harga emas juga terpantau melemah di Jepang. Di Negara Sakura itu, dealer menjual emas dengan harga premium $0,5-$0,75, sedikit lebih rendah dari kisaran minggu lalu.

Diproyeksi Meroket Lagi pada 2025

Menurut analisis Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research, perusahaan konsultan investasi global dan rekomendasi alokasi aset yang berbasis di Amerika Serikat, harga emas dapat meroket hingga US$ 3.500 per troy ons pada akhir 2025. "Harga emas akan melonjak ke titik tertinggi baru. Lonjakan ini akan dipengaruhi oleh kenaikan harga barang yang didorong oleh laju kenaikan harga minyak. Seperti pola yang terjadi pada masa Inflasi Besar tahun 1970an, ketika harga emas meroket," kata Yardeni.

Yardeni memproyeksikan kenaikan tersebut berdasarkan pada beberapa preseden dalam sejarah, terutama pada periode Inflasi Besar yang terjadi pada 1970-an. Saat itu, menurut dia, harga emas mengalami kenaikan pesat dari US$ 35 per ons menjadi US$ 665 per ons.

Menurut Yardeni, jika inflasi mengikuti lintasan yang sama dengan tahun 1970an, kisaran target harga emas sebesar $3.000 hingga $3.500 per ounce pada tahun 2025 berada dalam jangkauan.

Analisis Yardeni juga memperhitungkan berbagai kondisi seperti ketegangan geopolitik, fluktuasi permintaan di Tiongkok, dan indikasi Federal Reserve akan menurunkan suku bunga. Seluruh kondisi tersebut berkontribusi dalam mempengaruhi laju naik-turunnya harga emas.

Analis Citigroup juga memprediksi harga emas dapat mencapai level US$ 3.000 per troy ons pada 2025 mendatang. Rata-rata harga emas yang saat ini berada di harga US$ 2.016, menurut Aakash Doshi, bahkan dapat mencetak rekor kenaikan harga sebesar dua kali lipat. Mengutip Business Insider, Doshi menyebutkan kondisi ini dapat terjadi jika bank sentral secara tajam meningkatkan pembelian logam emas, kemungkinan terjadi stagflasi, atau jika terjadi resesi global yang parah.

Kepala Riset Komoditas Citi tersebut mengatakan jalur yang paling mungkin terjadi untuk emas berada di harga US$ 3.000 per troy ons adalah de-dolarisasi yang terjadi di seluruh bank sentral di negara-negara berkembang. "Yang pada gilirannya akan menyebabkan krisis kepercayaan terhadap dolar AS," kata dia.

Tindakan ini dapat melipatgandakan pembelian emas dari bank-bank sentral tersebut. Ditambah lagi dengan konsumsi emas sebagai perhiasan yang merupakan pendorong terbesar permintaan emas. "“Jika angka tersebut meningkat dua kali lipat dengan sangat cepat menjadi 2.000 ton, kami pikir hal tersebut akan menjadi sangat bullish bagi emas,” kata dia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...