Rupiah Melemah Dekati 15.700 per US$ Tertekan Memanasnya Perang di Timur Tengah

Rahayu Subekti
8 Oktober 2024, 09:41
rupiah, nilai tukar rupiah
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Ilustrasi.
Button AI Summarize

Nilai tukar rupiah melemah 0,05% ke level 15.694 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Selasa (8/10). Rupiah tertekan kekhawatiran memanasnya perang di Timur Tengah. 

Mengutip Bloomberg, mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS hingga pukul 09.15 WIB. Won Korea Selatan melemah 0,32%, peso Filipina 0,01%, yuan Cina 0,65%, dolar Hong Kong 0,04%. Sedangkan dolar Singapura menguat 0,02%, dolar Taiwan 0,03%, dan baht Thailand 0,04%. 

 “Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi terhadap dolar AS dengan kecenderungan melemah terbatas,” kata analis komoditas dan mata uang Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Selasa (8/9). 

Lukman melihat rupiah masih akan tertekan kekhawatiran memanasnya perang di Timur Tengah. Di sisi lain, investor menantikan data data indeks kepercayaan konsumen Indonesia September 2024 yang akan dirilis pada hari ini. 

“Rupiah diproyeksi akan berada pada kisaran Rp 15.600 per dolar AS hingga Rp 15.750 per dolar AS,” ujar Lukman. 

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan rupiah melemah hari ini. “Kemungkinan masih terdepresiasi, tetapi lebih landai dibanding hari kemarin dengan ekspektasi antara Rp 15.597 per dolar AS hingga Rp 15.797 per dolar AS,” kata Fikri. 

Fikri menjelaskan,  pergeraka rupiah hari ini antara lain, dipengaruhi hasil private placement Surat Berharga Syariah Negara atau SBSN di angka Rp 3 triliun kemarin (7/10) dan perkembangan lelang SBSN hari ini. Data tenaga kerja AS yang bagus dan menahan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga lebih besar juga memperngaruhi pergerakan rupiah hari ini. The Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga maksimal 25 bps pada pertemuan berikutnya. 

“Bahkan 13,5% responden mengekspektasikan Fed Funds Rate ditahan pada angka 5,0% pada FOMC 7 November mendatang,” ujar Fikri. 

Pengaruh lainnya juga datang  dari tensi geopolitik Iran dan Israel yang masih tinggi. Kondisi geopolitik ini, menurut dia, diperparah dengan meningkatnya tensi di Ukraina dan Rusia. 

Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...