Sentimen Negatif Trump Berkurang, Rupiah Diramal Menguat Hari Ini
Sejumlah analis menilai rupiah berpeluang menguat terhadap dolar Amerika pada hari ini (7/1). Hal ini karena sentimen negatif dari Presiden Amerika terpilih Donald Trump mulai berkurang.
“Rupiah berpotensi menguat karena dolar AS melemah setelah ada laporan bahwa Donald Trump mungkin akan lebih selektif dalam penerapan tarif (pajak dan bea masuk), serta tidak agresif walau kemudian dibantah oleh Trump,” kata Analis Doo Financial Futures Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Selasa (7/1).
Selain itu, investor memantau laporan data cadangan devisa Indonesia yang akan dirilis hari ini.
Lukman memproyeksikan rupiah berada pada level Rp 16.150 hingga Rp 16.250 per dolar AS pada hari ini (7/1).
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB pada Selasa (7/1), rupiah dibuka menguat pada level Rp 16.173 per dolar AS, namun turun 0,15% dibandingkan penutupan Senin.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan rupiah menguat hari ini. Selain berkurangnya sentimen negatif Trump, pengumuman bahwa Indonesia resmi menjadi anggota BRICS menjadi faktor pendorong rupiah.
BRICS merupakan blok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
“Faktor ini semestinya mendorong apresiasi ke rupiah hari ini di level Rp 16.020 hingga Rp 16.220 per dolar AS,” ujar Fikri.
Peneliti pasar uang Ariston Tjendra juga mencatat indeks dolar AS terkoreksi pagi ini ke kisaran 108,41. Hal ini karena kabar Donald Trump yang akan selektif menerapkan kebijakan di sektor kritikal dalam penerapan kenaikan tarif.
Namun kabar tersebut segera dibantah Trump dan penurunan dolar AS terhenti. Oleh karena itu, menurut dia rupiah masih akan mendapatkan tekanan dari dolar AS.
“Peluang pelemahan rupiah ke arah Rp 16.225 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 16.150 per dolar AS,” kata Ariston.