Airlangga dan Sri Mulyani Beberkan Strategi dan Dampak Ekonomi Kebijakan Trump

Rahayu Subekti
21 Januari 2025, 11:09
Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 Donald Trump berpidato usai pelantikannya di Washington DC, AS, Senin (20/1).
Youtube VoA
Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 Donald Trump berpidato usai pelantikannya di Washington DC, AS, Senin (20/1).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto masih mengantisipasi kebijakan yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan menghitung dampaknya. 

"Kita lihat saja. Kami belum monitor apa yang akan ia lakukan. Untuk sementara, memonitor saja," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (20/1).

Dalam pernyataan sebelumnya, ia meyakini Indonesia akan cukup kebal menghadapi kebijakan tarif agresif Trump. Sebab, AS selama ini sudah menerapkan tarif perdagangan tinggi kepada Tanah Air. 

"AS mengenakan tarif untuk sepatu, baju, dan berbagai komoditas kita. Sedangkan Vietnam, misalnya, tidak dikenakan tarif. Tapi kita sudah cukup imun terhadap tarif yang dikenakan AS ke Indonesia," kata Airlangga pada 13 Januari lalu.

Untuk memitigasi kebijakan ekonomi AS tahun ini, pemerintah akan melakukan kerja sama bilateral, seperti free trade agreement. Upaya ini dilakukan agar Indonesia mendapatkan tarif perdagangan rendah. 

“Kami sedang meminta adanya kerja sama ekonomi secara bilateral agar tarifnya bisa diturunkan," ucap Airlangga.

Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Kebijakan Trump

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati pada awal tahun ini juga sudah mewanti-wanti dampak kebijakan Trump. Pada kepemimpinan sebelumnya, Trump banyak mengeluarkan kebijakan yang mempengaruhi ekonomi dunia.

“Pengaruh ini termasuk penetapan tarif dan berbagai kebijakan yang sangat inward looking atau nasionalistik,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Januari 2025 di Jakarta pada 6 Januari 2025.

Bendahara Negara ini mengungkapkan dampak kebijakan Trump sempat menyebabkan krisis ekonomi di sebagian Eropa, terutama Inggris, Perancis, dan Jerman.

Sri Mulyani sebelumnya juga memproyeksikan Trump akan mengeluarkan kebijakan yang tidak jauh berbeda seperti masa pemerintahan sebelumnya pada 2017-2021. Hanya saja, perempuan yang kerap disapa Ani ini mengatakan pada pemerintahan tahun ini, Trump akan lebih akseleratif.

Kebijakan Trump yang ingin menaikan tarif bea masuk juga akan menyebabkan kenaikan harga barang di AS. Hal ini juga akan mempengaruhi kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserves (The Fed).

“Masa depan dari penurunan Fed Funds Rate (suku bunga The Fed) menjadi dipertanyakan. Apakah akan jadi turun? Dan kalau jadi turun, seberapa cepat? Ini menjadi sesuatu yang akan menahan perekonomian dunia,” ucap Sri Mulyani.

Trump Tunda Umumkan Tarif Perdagangan ke Cina

Pada hari pertamanya setelah dilantik menjadi Presiden AS, Trump menunda pengumuman tarif perdagangan khusus ke Cina. Dikutip Bloomberg, presiden AS ke-47 ini justru akan akan memerintahkan untuk menangani praktik perdagangan tidak adil secara global.

Hal itu juga termasuk dengan upaya menyelidiki apakah Beijing telah mematuhi kesepakatan yang ditandatangani selama masa jabatan pertamanya di AS.

Langkah tersebut dilakukan untuk membalikkan dampak destruktif dari kebijakan perdagangan globalis Amerika sebelumnya. Dalam lembar fakta yang dipublikasikan, Trump juga meminta lembaga-lembaga federal utama untuk menangani manipulasi mata uang oleh negara-negara lain.

“Tindakan ini menggarisbawahi dedikasi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada negara asing untuk rantai pasokan penting dan menghidupkan kembali basis industri AS,” tulis lembar fakta tersebut.

Padahal sebelumnya Trump berencana akan menerapkan tarif tambahan. “Kami akan mengenakan tarif tambahan 10% kepada Cina,” kata Trump dikutip dari BBC pada 28 November 2024.

Tak hanya itu, Trump juga mengancam bakal menaikan tarif impor kepada Cina, Meksiko, dan Kanada pada hari pertama setelah dilantik pada 20 Januari 2025. Dia akan mengenakan tarif impor barang yang berasal dari Meksiko dan Kanada hingga 25%.

Ancaman tersebut menandai peningkatan ketegangan dengan tiga mitra dagang utama AS. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga yang lebih tinggi bagi warga AS karena tarif tersebut berlaku dalam bentuk pajak atas impor.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan