Peluang pemangkasan Suku Bunga The Fed Terbuka, Rupiah Berpeluang Menguat Lagi


Nilai tukar rupiah melemah 0,15% ke level 16.319 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Senin (10/3). Namun, sejumlah analis memproyeksi rupiah masih berpeluang menguat pada perdagangan awal pekan ini seiring terbukanya peluang pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve atau The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka menguat tipis 6 poin di level Rp 16.289 per dolar AS. Namun, rupiah bergerak melemah ke 16.319 per dolar AS hingga pukul 10.00 WIB.
Mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Yuan Cina melemah 0.2%, ringgit Malaysia 0,26%, won Korea Selatan 0,47%, baht Thailand 0,03%, peso Filipina 0,32%, serta dolar Hong Kong dan Singapura masing-masing 0,01% dan 0,06%. Hanya rupee India dan yen Jepang yang menguat terhadap dolar AS masing-masing 0,27% dan 0,3%.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS pagi ini melemah ke level 103,6 setelah akhir pekan lalu berada di level 104. “Pelemahan dolar AS ini disebabkan hasil data tenaga kerja AS Februari 2025 di bawah ekspektasi pasar. Tingkat pengangguran juga naik sedikit dibandingkan ekspektasi yakni 4.1% versus 4.0%,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (10/3).
Dia menjelaskan, data ini membuka kembali peluang pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS yang akan mendorong pelemahan dolar AS. Ariston pun memperkirakan rupiah kemungkinan bisa melanjutkan momentum penguatan ke arah kisaran support di level 16.170 per dolar AS, dengan kemungkinan resistance di kisaran 16.300 per dolar AS.
enior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana juga memproyeksikan penguatan rupiah hari ini. “Rupiah diharapkan melanjutkan apresiasi ke level 16.190 per dolar AS hingga 16.310 per dolar AS,” ujar Fikri.
Fikri menjelaskan, penundaan tarif perdagangan dari Presiden AS, Donald Trump selama satu bulan melalui perjanjian AS-Meksiko-Kanada akan mempengaruhi penguatan rupiah.
Sementara di sisi domestik, Fikri mengatakan penjualan motor Indonesia pada Februari 2025 berbalik positif bisa menjadi indikator membaiknya daya beli masyarakat. Selain itu juga penurunan yield average winner Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI pada akhir pekan lalu.