BI Borong Surat Utang Pemerintah Rp 70,7 Triliun Demi Selamatkan Rupiah

Ringkasan
- Ekonom memprediksi penguatan rupiah terhadap dolar AS karena prospek pemangkasan suku bunga The Fed dan pelemahan dolar setelah data penjualan ritel AS yang mengecewakan.
- Kebijakan tarif perdagangan Trump yang tertunda membuat pelaku pasar lebih tenang, mendorong masuknya investasi ke aset berisiko dan menguatkan rupiah.
- Penurunan penjualan ritel AS menambah sentimen negatif terhadap dolar AS, memberikan ruang penguatan bagi rupiah.

Bank Indonesia mencatat, telah membeli surat berharga negara atau SBN mencapai Rp 70,74 triliun guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pembelian SBN terutama gencar dilakukan dalam sebulan terakhir.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, pembelian SBN dilakukan sebagai langkan eksapnsi likuiditas. BI membeli SBN dari pasar sekunder sebesar Rp 47,31 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara, termasuk syariah sebesar Rp 23,43 triliun.
" Kenapa kita perlu ekspansi likuiditas? Karena kita ini kan untuk melakukan stabilisasi dari tukar rupiah kan perlu melakukan intervensi," ujar Perry usai Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (19/3).
Ia mengatakan, pembelian SBN yang dilakukan Bank Indonesia sudah sesuai dengan ketentuan. BI melakukan pembelian surat utang di pasar sekunder dan di pasar primer tetapi terbatas pada surat utang jangka pendek di bawah 1 tahun.
"Kami pastikan beli SBNnya itu sesuai dengan arah kebijakan moneter. Ya, arah kebijakan moneter memang kami perlu ada ekspansi," kata dia.
Ia memastikan BI memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas rupiah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. "Tujuan ekonomi berkelanjutan itu sama dengan juga tujuannya para ekonomi kita, nasional kita yaitu stabilitas, pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja," kata dia.
Pembelian SBN pada tahun ini, gencar dilakukan BI, terutama dalam setahun terakhir. Dari total pembelian SBN sebesar Rp 70,7 triliun sejak awal tahun hingga 18 Maret 2025, sebesar Rp 38 triliun dibeli dalam satu bulan terakhir.
BI sebelumnya mencatat, pembelian SBN sepanjang awal tahun hingga 17 Februari 2025 mencapai Rp 32,46 trilliun. Pembelian SBN di pasar sekunder mencapai Rp19,46 trilliun, sedangkan di pasar primer sebesar Rp 12,99 trilliun