Surplus Neraca Perdagangan RI Naik Jadi US$ 4,33 M Jelang Perang Dagang


Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 mencapai US$ 4,33 miliar atau naik US$ 1,23 miliar USD secara bulanan.
“Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (24/4).
Surplus ini tercatat sejalan dengan nilai ekspor pada periode tersebut yang lebih besar dibandingkan impor. BPS mencatat, ekspor Indonesia pada Maret mencapai US$ 23,25 miliar, sedangkan impor sebesar US$ 18,92 miliar. Kinerja ekspor tersebut naik 5,95% dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan impor hanya naik 0,38%.
Amalia menjelaskan, surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 ditopang oleh surplus dari komoditas non migas yang mencapai US$ 6 miliar. Komoditas utamanya yakni lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Di sisi lain, BPS mencatat neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 1,67 miliar. “Komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah,” ujar Amalia.
Sejak Januari hingga Maret 2025, BPS mencatat neraca perdagangan tercatat surplus US$ 10,92 miliar. Amalia mengungkapkan surplus neraca perdagangan secara kumulatif ini jika dibandingkan periode yang sama 2024 terdapat kenaikan US$ 3,51 miliar.
Di Luar Proyeksi Ekonom
Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 di luar proyeksi ekonom. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan surplus neraca perdagangan masih berlanjut namun nilainya diprediksi menyusut.
Josua memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 masih akan mencatatkan surplus, namun dengan tren penurunan. “Setelah mencatat surplus sebesar US$ 3,12 miliar pada Februari 2025. Kami memproyeksikan surplus akan turun menjadi US$ 2,62 miliar pada Maret 2025,” kata Josua.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Samual memperkirakan neraca perdagangan RI pada Maret mencapai US$ 2,63 miliar. Angka ini menyusut dibandingkan periode sebelumnya.
David juga memperkirakan nilai ekspor RI secara tahunan pada Maret 2025 minus 3,58% dan secara bulanan minus 1,13%. Sementara nilai impor pada periode tersebut 6,32% secara tahunan dan secara bulanan 1,23% secara bulanan.
“Harga komoditas ekspor dan impor keduanya melambat, dengan impor turun lebih tajam terutama karena minyak, dan ekspor dengan coal dan CPO yang turun lebih moderat,” kata David.